RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 

BERPEGANG TEGUH PADA AL-QUR’AN DAN SUNNAH RASUL

Posted By Taufik Hidayat On 06.05 Under

Adalah menjadi sebuah keharusan bagi anda yang berpegang teguh pada AL-QITAB (Al-Qur’an) dan sunah Rasul serta mempertahankannya. Karena kedua-duanya agama Allah SWT yang tulus, dan sebagian jalan-Nya yang lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, tentu akan selamat, beruntung, mendapat petunjuk dan selalu terjaga, dan barang siapa yang mengingkari, tentu ia akan tersesat, kecewa, rusak dan binasa.
Jadikanlah keduanya sebagai hakim dan pengendara bagi diri anda. Kembalikan urusan anda pada keduanya, semata-mata menjalankan wasiat Allah dan Rasul-Nya.

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta ulil amri di antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat, tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (AL-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah)….”
(QS. An-Nisa’ : 5-9)


Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Saya telah berwasiat kepada anda tentang sesuatu, jika anda berpegang teguh padanya, tentu anda tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah (Al- Qur’an) dan sunahku (Hadist)

Jika kebahagian anda atas dasar petunjuk keimanan, maka anda termasuk orang-orang yang berperilaku berdasarkan landasan yang bersih, yang sama sekali tidak bengkok dan punah.

Oleh sebab itu, sesuaikanlah seluruh niat, akhlak, amaliah dan ucapan dengan kitab Allah dan sunah Rasul, ambil yang sesuai dan buang yang tidak sesui dengan Al-Qur’an dan sunah Rasul. Lakukan dengan hati-hati, ikuti selalu yang baik dan jangan membuat bid’ah dalam agama, janganlah anda mengikuti, selain jalan orang mukmin, agar diri anda tidak merugi di dunia dan akhirat. Karena selain jalan yang di tempuh oleh orang mukmin yang sejati itu adalah, sebuah kerugian yang nyata.

Waspadalah anda terhadap hal-hal baru serta berbagai macam pendapat yang tidak berdasarkan agama. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Setiap hai-hal baru yang di buat buat atas nama agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah tersesat.’

Rasulullah SAW juga bersabda :

Artinya:
“Barang siapa mengubah (memperbarui) sesuatu dalam perkaraku (agama) ini, yang tidak termasuk dirinya (agama), maka hal itu, ditolak (tidak di terima)”

Bid’ah itu ada tiga macam, yaitu :

1.Bid’ah hasanah, yaitu sesuatu yang di pandang para ulama yang berpetunjuk, sebagai sesuatu yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Yang merupakan jejak prilaku para sahabat yang baik dan bijak, serta bermanfaat, seperti pengumpulan Al-Qur’an dalam sebuah mushaf (kitab) oleh Abu Bakar, penerbitan sistem administrasi, shalat Tarawih oleh Umar r.a., penertiban mushaf (Kitab Al-Qur’an), penambahan azan pertama pada shalat Jum’at oleh Usman r.a., penambahan hukum menumpas pemberontak oleh Ali r.a., dan empat khalifah (Khulafaur Rasyidin).

2.Bid’ah madzmumah, yaitu lisan kuzuhu dan qona’ah. Seperti sikap bermewah-mewah dalam berpakaian, makanan serta perumahan, sekalipun diperbolehkan dalam pandangan syari’at.

3.Bid’ah madzmumah mutlak, yaitu segala sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul atau menentang terhadap kesepakatan bersama (ijmak umat)

Bid’ah seperti ini, sebenarnya banyak pada masalah pokok-pokok (ushur), dan jarang terjadi masalah cabang (furu). Barang siapa yang belum dapat memegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Dan tidak mengarahkan kemampuannya mengikuti Rasulullah SAW, bersamaan dengan semua itu ia mengaku punya tempat di hadapan Allah, maka janganlah anda menengoknya (cenderung atau mengikutinya), jangan pula anda melihat ke atas, sekalipun ia terbang di atas udara, berjalan di atas air, bisa berjalan secepat kilat, serta punya keistimewaan yang luar biasa. Semua itu bisa terjadi karena setan, tukang sihir, peramal juru tebak, juru nujum dan lain sebagainya.

Mereka termasuk orang-orang yang tersesat. Hal seperti ini tidak bisa mengeluarkan keberadaannya yang tertipu terus-menerus di beri kenikmatan dan keistimewaan untuk kemudian dicampakan (istidraj), dengan keberadaannya sebagai orang yang punya karomah, selama-lamanya, kecuali dengan adanya istiqamah bagi orang yang telah tahu dengan jelas akan keberadaan yang sebenarnya.
Ketertipuan ini yang semisalnya, terjadi hanyalah akibat mereka yang bercampur aduk dengan berbagai macam lingkungan yang beragam, dan kebodohan orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan penuh keragu-raguan.
Sedangkan orang yang berakal dan yang punya pemikiran, sesungguhnya mereka benar-benar mengetahui bahwa keterpautan perbedaan orang-orang yang mukmin dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah sesuai dengan keragaman mereka dalam mengikuti Rasulullah SAW.

Abu Yazid Al-Bustami pernah zairah kepada salah seorang yang punya sifat kewalian, ia duduk di mesjid menunggunya. Ketika orang itu keluar dari masjid, ia berhendak dan meludahkannya di tembok masjid. Melihat itu Abu Yazid pulang dan tidak sepakat dengan orang tersebut, dia berkata : “bagaimana orang percaya, bahwa ia mengetahui rahasia-rahasia Allah SWT (sebagai wali), sementara ia tidak benar dalam menjaga tata krama syari’at Islam.”

Junaid r.a berkata : ”Setiap ajaran tarekat itu dikukuhkan pada orang yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW, Sahar bin Abdullah berkata : “Tidak ada pertolongan kecuali dari Allah, tidak dalil kecuali dari Rasulullah SAW, tidak ada bekal, kecuali berbekal takwa, tidak ada amal, kecuali dengan sabar.”
Ketahuilah, bahwa tidak ada orang yang mampu menangkap pemahaman setiap permasalahan yang terjadi, baik lahir ataupun batin dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, karena hal itu secara khusus dimiliki ulama yang berilmu tinggi dan teguh pendirian (raasihiin).
Apabila anda tidak memiliki kemampuan terhadap suatu perkara, maka anda harus mengembalikan permasalahan dengan bertanya kepada yang ahli, sebagaimana di perintahkan dalam firman Allah SWT :

Artinya :
”Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidah mengetahui.”
(QS. An-Nahl : 43)


Ahli zikir dimaksud adalah para ulama Allah yang memahami agamanya, serta mengamalkan ilmu-ilmunya semata-mata hanya berharap atas keridhaan Allah SWT yaitu orang-orang yang zuhud di dunia, yang tidak tertipu oleh perniagaan dan perdagangan dan tidak melupakan Allah SWT. Mereka yang menyerukan di jalan Allah dengan kecerdasan dan ketajaman akal budinya, yang mampu melihat-rahasia-rahasia Allah SWT
Allah mengunggulkan seorang di antara mereka di muka bumi, hingga sebagian kelompok ulama menyangka mereka ini sudah tidak ada lagi. Akan tetapi sebetulnya wujud mereka ini masih ada, namun Allah SWT menutupi mereka dengan selendang kelangkaan, dan membuat mereka perkemahan yang sangat rahasia untuk menghindari peristimewaan serta menjahui keramaian umum.

Barang siapa yang mencari mereka dengan dan sungguh-sungguh, maka atas kehendak Allah dia tidak akan mendapat kesulitan menemukan salah satu di antara mereka. Kerena kesungguhan adalah pedang, tidak ada sesuatupun yang terkena sabetnya, melainkan akan patah. Bumi ini tidak akan pernah sunyi dari seseorang dari mereka yang tegak di jalan Allah dengan argumentasi yang kuat dan valid.

Rasululah SAW bersabda :

Artinya:
“Senantiasa akan hadir suatu kelompok dari umatku yang selalu mempertahankan kebenaran, semangat mereka tidak akan pernah padam hingga datang perkara Allah (hari kiamat).”

Mereka bagaikan bintang-bintang dunia, pengemban amanat, pengganti Al-Mustafa (Rasulullah SAW) dan pewaris para Nabi. Allah ridho kepada mereka, mereka pun ridho kepada Allah SWT. Mereka adalah golongan Allah, ketahuilah mereka adalah orang-orang yang beruntung.


Posting Komentar