RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 

T O B A T

Posted By Taufik Hidayat On 05.42 Under

Hendaklah anda segera bertobat dari segala dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar, yang lahir maupun batin. Kerena tobat merupakan langkah awal seorang hamba yang hendak mendapatkan kakinya di jalan Allah. Tobat merupakan pondasi dari seluru maqom (tingkatan). Allah mencintai orang-orang yang bertobat, sebagaimana firman Allah SWT
Artinya :
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah : 222)


Sesungguhnya Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan mengampuni dosa kejahatan-kejahatannya. Orang yang bertobat dari seluruh dosa, bagaikan orang yang tanpa dosa.

Ketahuilah, bahwa semua tobat itu tidak sah, tanpa ditinggalkan dosanya penyesalan atas semua dosanya serta bermaksud untuk tidak mengulagi sepanjang hidupnya.

Tanda-tanda orang yang bertobat secara benar dan sungguh-sungguh, di antara ialah :
1.Hatinya lembut dan tersinar
2.Banyak menangis
3.Konsisten dengan komitmennya dalam petunjuk
4.Menjauhi berteman dengan orang yang buruk dan menyukai orang yang sebaliknya (orang-orang saleh)

Hindarilah sikap ceroboh, sebuah sikap ketika anda berbuat dosa, tidak mau segera bertobat. Adalah sebuah kewajiban bagi setiap orang mukmin, agar menjaga diri dari maksiat, baik besar maupun kecil. Sebagaimana ia menjaga diri dari api yang membakarnya, air yang menenggelamkan dan racun yang mematikan.

Orang yang bermain tidak akan memilih bermaksud, berbuat dosa, tidak membincangkan dosa apapun sebelum ia jatuh kedalamnya. Dia tidak merasa senang terjatuh dari dosa, jika ia tergerincir berbuat dosa. Anda berkewajiban berbuat dosa, dan segara bertobat seketika itu juga.

Hendaklah anda segara memperbarui tobat setiap saat, kerena sesungguhnya dosa itu sangat banyak, dan seorang hamba secara lahir dan batin tidak bisa terlepas dari berbagai macam dosa dan maksiat, sekalipun prilakunya begitu baik, jalannya lurus, dan ketaatanya sudah istiqamah.

Kiranya cukuplah sebagai perenungan anda, bahwa bagaimana Rasulullah SAW sebagai manusia yang terjaga dan paripurna, beliau tetap selalu memohon ampun (beristhfar) kepada Allah, dalam setiap hari lebih dari tujuh puluh kali.

Oleh sebab itu, hendaklah anda memperbanyak beristihgfar, baik di waktu malam maupun di siang hari, utamnya dekat waktu-waktu sahur.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Barang siapa yang selalu membiasakan diri membaca isthgfar, Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesusahannya, dan ia memberikan jalan keluar di setiap kesempatannya, serta memberikan rezeki padanya tanpa di duga-duga”.

Sebagian sehabat pernah menghitung bahwa Rasulullah SAW membaca doa yang penuh berkah ini setiap satu kali duduk kurang-lebih sebanyak seratus kali.

Ada suatu riwayat yang menerangkan bahwa doa Dzin Nun tersebut asma Allah yang paling agung (ismullahil a’ zham), tidaklah ada orang susah dan bingung, lalu berdoa dengan doa itu, kecuali, Allah akan memberikan jalan keluar yang mengembirakan baginya.”

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Maka kami menyelamatkan diri dari kesusahan, begitulah kami menyelamatkan orang-orang mukmin.”
(QS. Al-Anbiya’ : 88)


Antara Khuf dan Raja’

Hendaklah anda banyak berharap rahmat dari Allah (raja) dan takut azab Allah (Al-khauf) kerena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin yang paling mulia. Dengan kedua itu pula Allah SWT memberikan ciri-ciri tersendiri kepada hamaba-hamban-Nya yang terdahulu.

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengaharapkan rahmat-Nya, dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya siksa Tuhannya adalah suatu yang (harus) di takuti.” (QS. Al- Isra’ : 57)

Rasulullah SAW bersabda : dalam Hadist qudsi, bahwa Ta’ala berfirman :

Artinya :
“Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Aku (akan bertindak) menurut dugaan (keyakinan) hamba-hamba-Ku, maka silahkan berprasangka pada-Ku, apa saja sesukanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Allah SWT juga berfirman dalam Hadist qudsi :

Artinya :
“Demi Keagungan-Ku, aku tidak akan berkumpul pada hamba-Ku yang merasa aman dan tidak merasa takut, jika di dunia ini dia meresa aman dari siksaan-Ku, maka aku akan membuatnya takut di hari aku bangkitkan hamba-hamba-Ku, dan jika di dunia ini ia meresa takut dengan siksa-Ku, maka aku akan membuatnya aman (dari siksa-Ku) pada hari aku bangkitkan hamba-hamba-Ku.”(HR. Abu Nu’aim)

Adapun peringatan raja adalah kemari’fatan ketajaman pengetahuan mata hati terhadap keleluasaan rahmat Allah, kemurahan-Nya, kebesaran karunia dan kebaikan-Nya, serta kebaikan hati-Nya, terhadap orang yang taat pada-Nya. Kema’rifatan semacam ini, akan melahirkan sikap bahagia, yang di sebut dengan raja

Buah yang dimaksudkan daripadanya antara lain, ialah bersegara melakukan berbagai kebaikan, selalu memperhatikan dan menjaga ketaatan, karena taat merupakan jalan yang mengantarkan memperoleh keridhaan Allah dan surga-Nya.

Sementara khauf mengandung pengertian, sebagai pengetahuan hati terhadap keagunggan Allah, kekuatan dan kebutuhan-Nya terhadap semua makhluk, kekerasan dan kepedihan siksanya yang diancamkan kepada orang-orang yang durhaka dan menentang perintahnya. Kema’rifatan hati semacam ini, akan melahirkan sikap takut yang di sebut khauf.

Buah yang dikehendaki dari khauf ini, diantaranya ialah, meninggalkan maksiat, benar-benar menjaga diri dari prilaku maksiat, kerena maksiat merupakan jalan yang mengantarkan pada yang murka Allah dan tempatnya (neraka).

Dengan raja’, seorang tidak akan merasa berat untuk melakukan hal-hal menurut perintah syari’at. Dengan khauf, seorang tidak akan meresa berat untuk meninggalkan hal-hal yang bertentang dengan syari’at. Keduanya oleh orang-orang yang memiliki ketajaman pikir, terhitung jauh dari pengaruh kebatilan dan syahwat, yang tidak bisa dihasilkan dengan kekuatan syahwat dan tidak pula di bawah pengaruhnya. Kerena orang yang mengharap sesuatu, maka ia akan berusaha meraihnya, dan orang yang takut sesuatu, maka ia akan lari jauh darinya.

Ketahuilah, bahwa manusia itu ada tiga kelompok, yaitu :
1.Seorang hanba yang berserah diri kepada Tuhannya, hatinya meresa senang dengan Tuhannya. Kegelapan syawatnya berganti dengan cahaya terang kedekatannya (taqarrub kepada Allah), bagi tidak ada lagi kesusahan kelezetan, kecuali kelezetan munajat pada Tuhannya. Tidak ada yang menyenangkan, kecuali ; ketika bergaul munajat pada Tuhannya. Tidak ada yang meneyenangkan, kecuali ; ketika bergaul bersama Tuhannya. Jadilah harapan (raja) nya kepada Allah terwujud dalam bentuk kerinduan dan kecintaan, dan ketakutan (kahuf) nya kepada Allah terwujud dalam bentuk pengagungan dan penghormatan.

2.Seorang hamba yang jiwanya tidak merasa tentram dengan mengabaikan perintah-perintah, dan berprilaku cenderung pada larangan-larangan (Allah). Adapun hal yang layak bagi hamba seperti ini antara rasa takut dan harapannya kapada Allah adalah seimbang, hingga dapat diumpamakan seperti dua sayap burung.

Nabi SAW bersabda :

Artinya :
“Sendainya di timbang rasa takut dan harapan seorang mukmin, tentu keduanya seimbang, kebanyakan orang-orang mukmin kenyataan seperti ini.”

3.Seorang hamba yang telah dikalahkan oleh keracunan dikuasi sikap melampaui batas. Gelar yang pantas disandangnya adalah kekalahan rasa takut untuk dapat mencegah maksiat, kecuali ketika ia mati, sehingga menjadikan keniscayaan baginya bahwa harapanya selalu mengalahkan rasa takutnya.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Salah seorang dari anda tidak akan mati, kecuali ia berprasangka baik kepada Allah.”
(HR. Ahmad, Muslim)


Apabila anda berbicara tentang raja (harapan) bersama orang-orang awam, seharusnya anda cukup menyingkat pada pembicaraan raja yang muqayyad. Artinya, agar anda membicarakan raja’ yang berkaitan dengan janji baik Allah, pahala yang besar diberikan kepada orang yang melakukan kebaikan meninggalkan kejahatan.

Hindarilah menyelam terlalu dalam bersama mereka dalam membicarakan raja’ mutlak. Misalnya anda berkata : ”Hamba itu penuh dosa, sedang Tuhan Maha Pengampun. Andai kata tidak ada dosa, sedang tidak ada ampunan dan kemurahan Allah, tidaklah dosa orang-orang yang dahulu dan yang akan datang dalam keleluasaan rahmat Allah, kecuali seperti buih air laut yang berombak, ”atau ucapan pembalasan yang semisalnya”.

Kalimat seperti ini memang benar, tapi kalimat ini berbahaya bagi orang awam, bahkan barang kali kalimat ini akan mendorong mereka untuk menjalankan maksiat. Dengan demikian, berarti anda menjadi penyebabnya. Dan tidaklah setiap yang benar itu harus dikatakan, melainkan pada proforsi yang tepat dan benar, karena setiap orong mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Jangan anda berputus asa dari rahmat Allah dan merasa aman dari ancaman-Nya. Karena keduanya adalah dosa besar. Barang siapa yang putus asa dari rahmat Tuhannya, berarti mereka tersesat. Dan tidaklah merasa aman dari ancaman Tuhannya, kecuali kaum yang merugi.

Adapun pengertian qanuth (putus asa) adalah istilah lain dari murninya rasa takut hingga tidak tersisa sedikitpun adanya raja’ (harapan). Tidak ada lain, putus asa dan merasa aman semacaam itu, adalah kebodohan terhadap Allah. keduanya terjadi, sebab ia meninggalkan ketaatan dan menjalankan kemaksiatan. Sebab ia berpendapat, bahwa taat itu tidak akan bermanfaat bagi dirinya. Sedangkan orang yang merasa aman itu selalu melakukan dosa, sebab ia beranggapan, bahwa maksiat itu tidak akan membahayakan bagi dirinya. Semoga Allah melindungi kita dari kejaran ketersesatan dan keburukan qadha.

Takutlah anda mendapat ampunan yang datang begitu saja, sebagaimana yang anda dengar dari sekolompok orang yang tertipu dengan ucapan mereka : ”sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, Dia Maha Kaya (tidak butuh) dari kita, dan dari amal-amal kita, kerajaan Allah penuh dengan kebaikan dan rahmat-Nya, sementara dengan menjalakan maksiat dan meningglkan perbuatan saleh. Seakan-akan mereka berkata : ”Sesungguhnya taat itu bermanfaat, maksiat pun tidak berbahaya. ”Ini adalah kebohongan yang sangat besar”.

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Berang siapa yang melakukan kebaikan seberat biji sawi, maka ia akan dapat melihatnya, dan barang siapa yang melakukan seberat biji sawi, maka ia akan dapat melihatnya pula.”(QS. Az-Zalzalah : 7-8)


Dan firman-Nya :

Artinya :
“Dan hanya Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dengan pahala yang lebih baik.”

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Orang yang cerdas, adalah orang dapat menguasai nafsunya dan mengerjakan sesuatu sebagai bekal setelah mati. Dan orang lemah, adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya.”(HR. Ahmad, Termidzi, Ibnu Majah, dan Hakim).

Adapun tamanni, adalah sikap mengharap jaminan dari Allah, yaitu jika anda mengatakan kepada salah seorang di antara orang-orang yang tertipu dengan ucapan : ”Berhentilah anda bekerja atau berniaga, demi Allah, dia akan memberi rezeki kepada anda, dan andapun akan menguasainya. ”dan ia menjawab : ” saya tidak yakin sesuatu yang datang, kecuali dengan mencari yang gigih dan susuh payah, kerena Allah SWT telah menyerah urusan dunia dan tidak turun akhirat. ”padahal tidaklah semua penyataan ini, kecuali terbalik dan induk dari keterbalikan yang menyesatkan.

Hasan Basri r.a. berkata : ”Sesungguhnya harapan ampunan dari Allah (tanpa tobat), telah benar-benar mempermainkan sebagian orang, hingga mereka mati sebagai orang yang bangkrut, yakni bengkrut dari amal kebaikan.”

Dia juga berkata : ”Sesungguhnya dalam diri orang mukmin itu terkumpul antara kebaikan dan khauf (rasa takut), sementara orang munafik (di dalam dirinya) terkumpul kejahatan dan merasa aman. Orang mukmin tidaklah di pagi dan sore hari, kecuali punya rasa takut, ia melakukan sesuatu, seraya berkata : “aku tidak bisa selamat, aku tidak bisa merasa aman, “sementara orang munafik, meninggalkan beramal, seraya berkata : “kekeliruan menusia banyak sekali, dan Allah akan mengampuni aku.”

Sebagian ulama berkata : ”Para Malaikat dan Nabi walau sudah sempurna, mereka kenal terhadap Allah, berbaik sangka kepada-Nya, selalu baramal baik, sedikit sekali dosa mereka, bahkan sama sekali tidak mempunyai dosa, mereka tetap merasa sangat takut dan besar keinginannya terhadap kasih sayang allah.

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Mereka itu orang-orang telah mendapatkan petunjuk dari Allah, maka ikutilah mereka.”
(QS. Al-An’am : 90)


Posting Komentar