RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 
Tampilkan postingan dengan label Titian Menuju Akhirat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Titian Menuju Akhirat. Tampilkan semua postingan

MEMPERKUAT DAN MEMPERBAIKI KEYAKINAN

Posted By Taufik Hidayat On 06.15 0 komentar

Wahai saudara tercinta, hendaklah Anda memperkuat dan memperbaiki keyakinan ! Kerena, apabila keyakinan telah tertanam kukuh dalam hati, dan menguasainya, maka perkara yang gaib menjadi seperti nyata.Oleh kerena itu, Al-Muqinu berkata, sebagaimana Imam Ali-Karramallaahu Wajhah mengatakan : ”Jika takbir permisah - antara hamba dan Allah telah terbuka, maka keyakina menjadi semakin bertambah kuat.”

Yakin, merupakan sebuah istilah dari kekuatan iman dengan kemantapan dan kekukuhannya, sehingga menjadi gunung yang besar menjulang tinggi, yang tidak tergoyahkan oleh keragu-raguan dan syakwasangka, keyakinan begitu kukuh, hingga tidak ada lagi tempat keragu-raguan di dalam hatinya, jika keragu-raguan itu dataing dari luar, maka telinganya tidak memperdulikannya, hati pun tidak tertarik menolehnya. Setan tidak mampu mendekati orang yang mempunyai keyakinan semacam ini, bahkan ia lari tunggang langgang meninggalkannya dengan penuh kehinaan.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
”Sesungguhnya setan lari jika melihat bayangan Umar. Dan tidaklah Umar melangkah selangkah, melainkan setan melangkah di jalan yang lain. “
(HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Hibban


Adapun sebab-sebab keyakinan menjadi kuat dan baik, di antaranya ialah :

Pertama :
Melupakan sebab yang paling pokok di antara sebab-sebab yang lain, yaitu bahwa seorang hamba harus mampu memusatkan hati dan telinganya untuk mendengarkan ayat-ayat dan hadist-hadist yang menunjukan pada keluhuran, kesempurnaan dan keagungan Allah SWT, Keperkasaan dan Kemahaesaan-Nya dalam penciptaan, pengaturan dan penguasaan-Nya. Dan meyakini sepenuhnya akan kebenaran pala RasulAllah dan kesempurnaan mereka yang datang di perkuat dengan mukjizat, tidak seorang pun yang mengingkari mereka, terbebas dari berbagai macam siksaan.
Di samping itu, harus pula meyakini segala yang terjadi pada hari kiamat, mengenai adanya balasan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik dan siksaan bagi orang-orang yang berbuat jahat. Dengan demikian itu, cukuplah bagi kita yang memperkukuh keyakinan, melalui isyarat dalam Firman Allah SWT :

Artinya :

“Dan apakah belum cukup bagi mereka, bahwasannya kami telah menurunkannya kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an), sedang dia dibacakan kepada mereka …. ?”


Kedua :
Seorang hamba hendaklah mampu memandang semua yang ada di langit dan di bumi dan segala keajaiban-keajaiban dan keelokan ciptaan yang ada di dalamnya dengan penuh perenungan, agar dapat membuahkan keyakinan yang mendalam, perhatikan isyarat yang terkandung dalam Firman Allah SWT :


Artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami yang ada di ufuk dan yang ada pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka, bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.”
(QS. Fushshilat : 53)


Ketiga :
Hendaklah melakukan amal (aktivitas) sesuai dengan kebutuhan akan keselamatan lahir batin dan terus meningkatkan serta mendayafungsikan potensi pada ketaatan atas dasar keimanan.Dalam hal ini perhatikan isyarat yang terdapat dalam firman Allah SWT :

Artinya :
“Dan orang-orang yang berjihat untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan tunjukan kepada mereka jalan–jalan Kami.:
(QS. Al-Ankabut : 69)


Diantara buah dari keyakinan adalah melahirkan ketenangan terhadap janji Allah SWT, serta percaya sepenuhnya pada jaminan Allah, memfokuskan orientasi dan cita-cita pada Allah., meninggalkan segala yang menjauhkan dari Allah, mengembalikan segala hal kepada Allah dan maksimalkan seluruh kekuatan untuk mencari keridhaan Allah SWT

Segara garis besar yakin merupakan sumber utama (pokok), sedangkan maqum-maqum yang mulia, akhlak yang terpuji dan amal yang baik, merupakan bagian dari buah dari yakin tersebut. Segala akhlak dan aktivitas mengikuti pada yakin, lemah dan kuatnya maupun sehat dan sakitnya.

Lukman As. berkata :
“Suatu amal tidak dapat diwujudkan, kecuali dengan dasar keyakinan, dan tidaklah seorang mampu mengerjakan apapun, kecuali sesuai dengan kadar keyakinannya dan suatu amal akan berkurang seiring dengan berkurangnya keyakinan.”

Oleh karena inilah Rasulullah SAW bersabda :" yakin itu adalah iman seluruhnya."
Tingkat keyakinan orang yang beriman ada tiga tingkatan, yaitu :
1.Ashabut Yamin, yaitu orang–orang beriman yang memiliki keyakinan dengan kepercayaan yang kuat, tetapi masih mungkinkah timbulnya keraguan dan kegoncangan, ketika terjadi (musibah) yang menimpa padanya. Meskipun begitu dalam level ini masih termasuk dalam katagori yakin (iman).

2.Muqarrabin, yaitu derajat orang-orang yang begitu dekat dengan Allah. Imannya telah meresap dan menguasai hati hingga tidak bisa rusak, bahkan tidak tergambar ada kerusakan, apalagi kemungkinan akan kerusakannya. Derajat yakin seperti itu, menjadikan hal yang gaib seakan dapat disaksikan secara nyata. Pada level ini sudah termasuk dalam kategori derajat keyakinan yang mantap (yaqin)

3.Nabiyyin, yaitu derajat para Nabi dan para Siddiqqiin, pewaris para Nabi yang telah yang mencapai tingkat kesempurnaan, hingga hal yang gaib menjadi tanpak nyata. Pada tingkat ini, terbilang telah mencapai tingkat kasyaf (tersingkapnya tabir pembatas antara dirinya dengan Allah), dan ketajaman pandangan mata hati terhadap hakekat suatu pekara.

Antara masing-masing orang pada setiap tingkatan itu, memiliki tingkat perbedaan, yang bisa jadi perbedaan itu begitu jauh di antara mereka, semuanya utama tetapi sebagian mereka ada yang lebih utama dan istimewa, itu adalah anugerah besar dari Allah yang diberikan pada siapa saja yang ia kehendaki. Dialah Allah pemilik anugerah yang besar.




PERBAIKAN NIAT

Posted By Taufik Hidayat On 06.14 0 komentar

Mari kita berbenah diri untuk memperbaiki niat dan melakukannya secara tulus dan ikhlas, mengontrol dan merenukan sebelum memulai melakukan perbuatan, kerena niat melupakan dasar utama bagi suatu perbuatan. Sebab, baik buruk suatu amal, sah dan rusaknya adalah tergantung pada niat.

Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang tergantung pada yang diniatkan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Hendaklah anda tidak mengatakan suatu perkataan dan tidak melakukan suatu perbuatan serta tidak bermaksud tahu suatu perkara apapun, kecuali anda niatkan semua itu semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT Dan mengharap pahala yang telah disediakan oleh Allah SWT Atas perkara, sebagaimana diterangkan dalam Bab Anugerah Pahala Dan Keutamaannya.

Ketahuilah ! Sesungguhnya taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah itu tidak sah, kecuali dengan sesuatu yang telah disyari’atkan oleh-Nya, melalui lisan Rasul-Nya, yaitu berupa amal fardu maupun Sunnah.

Niat yang benar terhadap suatu perkara mubah, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedekatan (kepada Allah), sesuai dengan kapasitasnya sebagai wahana menempuh tuntutan dari tujuan-tujuan dimaksud, seperti orang yang niat makan guna memperoleh kekuatan untuk mengerjakan taat kepada Allah dan mempergauli istri sebagai syarat untuk mendapatkan anak yang ahli ibadah kepada Allah.

Sebagai syarat dari konsekwensi niat yang benar adalah melaksanakannya dengan amalan nyata, misalnya orang yang mencari ilmu, harus memperteguh komitmen niatnya dalam menghasilkan ilmuan, mengamalkan dan mengajarkannya. Jika ia tidak melakukan hal itu, sementara ia memiliki kemungkinan untuk merealisasikan itu, maka niat itu tidak benar dan bohong belaka.

Begitu pula, orang yang mencari harta dunia, ia harus memperteguh komitmen niatnya, bahwa ia berusaha mencari harta duniawi agar merasa cukup dan tidak meminta-minta pada orang lain, agar dapat bersedekah pada orang yang membutuhkan dan mampu menyambung tali persaudaraan. Akan tetapi, ketika kemampuan untuk melaksanakan niat tersebut, mungkin dan terbuka baginya, sementara ia melaksanakan sebagaimana tersebut, maka niatnya semula itu sama sekali tidak berdampak apapun, sebagaimana sesuatu yang suci, tidak akan berpegaruh pada sesuatu yang najis.

Barang siapa yang sependapat dengan seseorang yang menggunjing orang Islam, sementara ia beralasan, bahwa tujuannya sependapat dengan penggunjing itu hanyalah sekedar ingin menyenangkannya, maka ia termasuk salah seorang penggunjing.

Demikian juga orang yang diam, tidak mau amar ma’ruf nahi mungkar, sementara ia beralasan, bahwa niat dan tujuan dari diamnya adalah untuk menghindari menyakiti orang lain dan menyinggung perasaannya, maka ia termasuk mitra dalam dosa dengan orang yang melakukan kemungkaran itu.

Apabila niat buruk berkaitan dengan amal yang baik, maka niat yang buruk itu akan merusakkan amal yang baik itu dan menjadikannya sebagai amalan yang kotor. Misalnya, orang yang melakukan amal shaleh, dengan amal itu ia berniat agar memperoleh harta dan pangkat.

Wahai saudaraku ! Berhati-hatilah agar niat anda dalam menjalankan ketaatan semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah SWT Niatlah terhadap hal-hal mubah yang anda lakukan agar dapat membantu melakukan ketaatan kepada Allah.

Ketehuilah, bahwasanya dapat juga dipraktekkan mengumpulkan antara satu amal dengan beberapa niat, dan bagi pelakunya akan mendapatkan pahala penuh dari setiap niatnya. Misalnya mengenai ibadah Sunnah, seseorang membaca Al-Qur’an dengan niat munajat kepada Allah. Sementara di sisi lain, juga berniat menggapai ilmu dari Al Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan sumber dari segala ilmu, juga berniat agar bermanfaat bagi para pendengar dan penyimak, dan lain sebagainya dari berbagai macam niat baik dalam menjalankan kebaikan (amal shaleh).

Contoh dari amalan mubah, misalnya, ketika makan, maka niat kita makan untuk melaksanakan Firman Allah SWT :

Artinya.:
“Hai orang–orang yang beriman, makanlah di antar rezeki yang baik–baik yang telah kami berikan (rezekikan) kepada kamu…”
(QS. Al-Baqarah : 172
)

Atau anda berniat, agar kuat melakukan ketaatan kepada Allah SWT atau juga berniat, agar menjadi sebab lahir rasa syukur anda kepada Tuhan. Kerena Allah Berfirman :

Artinya:
“Makanlah kamu dari rezeki Tuhanmu, (dan) bersyukurlah kamu kepadaNya ….”
(QS. Saba’ : 15)


Kisahkanlah dengan dua contoh di atas untuk hal yang lainnya, baik dari ibadah Sunnah atau mubah, dan perbanyakkanlah niat yang baik dengan penuh kesungguhan anda.

Niat mengandung dua pengertian, yaitu :

Pertama :
Niat sebagai ungkapan atau istilah dari tujuan yang memotivasi anda menetapkan kemauan, berbuat dan berkata. Niat dengan pengertian seperti ini pada umumnya lebih baik dari pada amalnya, jika niat itu sendiri baik, sebaliknya akan lebih jelek dari pada amalnya, jika niat itu jelek.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Niat seorang mukmin itu, lebih baik dari pada amalnya,.”
(HR. Baihaqi)


Renungkan bagaimana Rasulullah SAW, mengistimewakan kepada orang yang mukmin dengan peringatan (zikir).

Kedua :
Niat di pandang sebagai istilah bagi tujuan melakukan sesuatu dan komitmen anda untuk melakukannya, niat dengan pengertian seperti ini, lebih baik dari pada amalnya, akan tetapi seseorang dalam melakukan sesuatu yang menjadi komitmennya itu, tidak terlepas dari 3 hal, yaitu :
1. Niat dan melakukan
2. Berketetapan niat, tetapi tidak melakukan dengan sepenuh kemampuannya, hukum kedua sikap ini dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda :

Artinya:
“Sesungguhnya Allah SWT, mencatat segara perbuatan yang baik dan yang buruk.“

Kemudian Beliau menjelaskan dengan sabda :
Artinya :
“Barang siapa berniat baik dan belum melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sabagai satu kebaikan. Apabila berniat baik, lalu melaksanakannya, maka Allah mencatat sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali, bahkan sampai kelipatan yang lebih banyak, barang siapa berniat jelek dan tidak melakukannya, maka Allah mencatat satu kebaikan penuh dan barang siapa berniat jelek dan malakukannya, maka Allah mencatat satu kejelekan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


3. Barang siapa yang berketetapan melakukan perkara akan tetapi ia tidak mampu melakukannya, kemudian berkata : ”Apabila aku mampu aku akan melakukannya. ”Maka ia mendapat pahala niat seperti orang yang melakukan, dan baginya pahala sesuai dengan yang ada padanya, Dalil yang menujukan pengertian tersebut adalah sabda Rasulullah SAW :

Artinya:
“Manusia itu ada empat macam, yaitu : seseorang yang di beri oleh Allah harta, ilmu, dia dapat memamfaatkan hartanya menurut ilmunya, kemudian yang berkata, ’Jika saja Allah memberiku seperti yang diberikan padanya, tentu aku akan melakukan seperti yang di lakukan, “Maka kedua–duanya mendapat pahala yang sama. Seseorang yang di berikan oleh Allah harta, akan tetap tidak berilmu. Dia mengunakan hartanya dengan kebodohannya. Kemudian yang lain berkata, “Jika saja Allah memberiku seperti apa yang diberikan kepadanya, maka aku akan melakukan seperti yang dia lakukan, “Maka kedua–duanya mendapat dosa yang sama.”

MAWAS DIRI (MURAQABAH)

Posted By Taufik Hidayat On 06.12 0 komentar

Hendaklah anda mawas diri, merasakan akan kehadiran Allah yang terus memantau, baik ketika beraktivitas ataupun ketika anda sedang diam, di setiap gerak dan detak hati serta kehendak anda, pada setiap saat dan sepanjang rentang waktu. Dalam setiap getaran dan hati dan hendak anda, serta dalam situasi dan kondisi apapun anda hendak senantiasa merasakan dekat dengan Allah SWT.

Ketauhilah, sesungguhnya Allah melihat dan mengawasi anda, adapun rahasia yang di sembunyikan, tentu tidak lepas dari pengawasan tuhan, sekilipun sesuatu itu sekecil bijik sawii yang ada dibumidan dilangit.

Sungguh Allah tahu yang di rahasia dan yang paling kecil dan sekalipun anda berkata secara keras ataupun (samar), dia selalu bersama anda di manapun anda berada, dia mengetahui dan menguasai anda secara seluruhnya tanpa ada barang sedikitpun yang terlewatkan. Dialah yang memberi hidayah dan memberikan serta mengawasi.

Jika anda termasuk orang–orang yang baik, hendaklah anda malu kepada Tuhan dengan rasa malu yang sebenarnya, bersungguh-sungguhlah menjauhi larangan-Nya, sekalipun (seandainya) dia tidak melihat anda dan bersungguh–sungguhlah menjalankan perintah–Nya, kepada-Nya maka ketahuilah bahwa dia melihat anda.

Jika anda melihat (merasakan) diri anda bermalas–malasan untuk taat kepada-Nya atau cenderung terhadap mendurhakai-Nya, maka ia ingatkanlah dia (diri) anda, bahwa Allah melihat dan mendengar, serta mengetahui segala yang di rahasia dan yang tanpak pada anda.

Apabila peringatan anda itu belum membuahkan, karena keterbatasan diri anda mengenali keagungan Allah SWT, maka ingatkanlah ia akan adanya dua Malaikat yang mencatat amal yang baik dan buruk. Dan bacakanlah padanya, firman Allah SWT :

Artinya:
“(Yaitu) ketika kedua Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk sebelah kanan dan yang lain duduk sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada didekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir (Roqib dan Atib).”
(QS. Qaaf : 17-18)


Jika peringatan semacam ini belum juga berpengaruh padanya, maka ingatkanlah ia, bahwa kematian sudah dekat, bahkan kematian itu merupakan perkara misterius yang paling dekat dengan dirinya, yang selalu menanti. Takut–takutlah diri anda yang akan datangnya kematian secara mendadak dan tiba–tiba yang merenggut pada selain anda. Apabila telah mereggutnya, kemudian dia dalam keadaan yang tidak di ridhai, maka ia menjadi orang yang merugi tanpa berkesudahan. Jika gertakan yang menakutkan itu belum ada gunanya, maka ingatkanlah ia (diri anda) akan ada pahala besar, yang di janji oleh Allah bagi orang–orang yang taat kepada-Nya, dan ada acaman siksa yang sangat pedih yang diancamkan oleh Allah kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya.

Katakanlah kepada nafsu anda : ”Wahai nafsu, ingatlah bahwa setelah kematian tidak ada lagi kesempatan mencari ridha Allah. Setelah mati, tidak ada lagi tempat, kecuali surga dan neraka. Maka hanyalah ada dua pilihan bagi diri anda hai nafsu ! Jika anda ingin taat kepada Allah, maka anda memperoleh balasan fauz (keberuntungan besar di akhirat), keridhaan abadi hidup dalam surga, dan dapat merasakan nikmat menyaksikan Zat Al-Karim (Allah) Yang Maha Memberi Anugerah. Jika Anda berlaku durhaka kepada-Nya, maka Anda akan mendapatkan balasan siksaan, kesusahan dan murka, serta tertutup kemungkinan untuk dapat merasakan nikmat menyaksikan Zat Allah, namun Anda terbelenggu didalam jurang neraka.”

Sembuhkan diri Anda dengan peringatan-peringatan semacam ini, sebab kerelaanNya untuk taat kepada Allah dan kesukaannya kepada kemaksiatan. Karena kenikmatan semacam ini merupakan obat yang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit hati.

Selanjutnya, perhatikanlah kelanjutan yang terjadi dihati anda, jika anda rasakan bahwasanya Allah telah menganggap anda benar-benar punya rasa malu, maka hal itu, ditandai dengan keengganan anda menentang Allah, dan anda jadi terdorong untuk bersegera menjalankan kebaktian Kepada-Nya. Ketika anda telah merasakan berat dalam kondisi semacam itu, maka hal itu sudah masuk dalam wilayah hakikat muraqabah.

Perlu Anda ketahui, bahwa merasakan kehadiran Allah begitu dekat dihati (murabaqah), merupakan tingkatan (maqam) yang paling mulia, kedudukan yang paling terhormat juga derajat yang paling tinggi. Hal ini, merupakan tingkatan Ihsan (maqam ihsan), sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah SAW :


Artinya :
“Ihsan adalah Anda beribadah kepada Allah, seakan-akan melihat-Nya. Jika anda belum mampu melihatnya, maka sesungguhnya dia melihat Anda.”

Setiap orang beriman, wajib percaya bahwa tidak ada satupun yang ada dilangit dan dibumi tersembunyi dan tidak diketahui oleh Allah. Dia juga wajib tahu, sesungguhnya Allah bersamanya, dimanapun dia berada. Tidak ada barang sedikitpun yang samar-samar bagi Allah dari apa yang ada padanya, baik gerak-gerik ataupun diamnya. Akan tetapi, tanda-tanda bagi kelangsungan kesaksiaan seperti ini, dan buah yang dihasilkannya, adalah seseorang akan merasa akan tidak memiliki kemampuan melaksanakan amal apapun antara dirinya dan Allah. Ia malu, jika Allah melihatnya dengan amal itu sebagian antara orang yang shaleh.

Ini satu kemuliaan, dan apa yang ada dibaliknya lebih mulia dari padanya, hingga seseorang diakhir perkaranya menjadi larut lebur dengan Zat Allah SWT Ia fani, tidak bisa melihat sesuatu, kecuali Zat Allah ia telah lenyap dari sifat normal : alamiah makhluk, lebur dalam menyaksikan hakikat Zat Allah SWT serta erat menyatu dengan alam hakikat Allah (maqam sidqin) Singgasana Raja Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung.

Wahai saudaraku ! hendaklah anda memperbaiki batin hingga ia menjadi lebih baik daripada wujud lahiriah. Hal itu, sebabkan oleh karena batin (hati) merupakan standar yang hakiki, sedangkan lahiriah adalah ukuran bagi makhluk, dan Allah SWT tidak pernah menyebut keduanya (batin dan lahir), kecuali terlebih dahulu menyebut yang berkaitan dengan batin (siri).

Rasulullah SAW pernah berdoa :


Artinya:
“Ya Allah, jadikanlah batin (hati) ku lebih baik daripada lahiriahku dan jadikan lahiriah yang baik.”

Ketika batin (hati) seseorang telah baik, tentu lahiriahnya akan baik pula. Karena pada dasarnya, lahiriah itu mengikuti hati, cermin bagi batin, baik dan buruknya.

Rasulullah SAW bersabda :


Artinya :
“Di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, jika daging itu rusak, maka rusak seluruh tubuhnya, ketahuilah, bahwa ia adalah hati.”

Ketahuilah, bahwa orang yang mengaku dirinya mempunyai hati yang bagus, sementara lahiriahnya benar-benar asing, yaitu meninggalkan ketaatan secara nyata, seperti meninggalkan shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya, maka ia adalah pendusta. Karena, barang siapa yang memperbaiki lahiriahnya dengan memperelok perilaku sikapnya, menjaga lisan serta mengatur gerak-geriknya, baik ketika duduk berdiri atau berjalan, sementara ia sendiri membiarkan hatinya terpenuhi oleh akhlak busuk dan wataknya tercela, maka ia termasuk orang yang merekayasa penampilan lahiriahnya dan bersikap riya, termasuk orang yang menentang Tuhan.

Wahai saudaraku, takutlah anda akan menutupi sesuatu, jika sekitarnya suatu itu dapat membuat anda malu terhadap orang lain, takut di maki, sebagian orang ma’rifat berkata : ”seorang sufi belum dianggap sufi, hingga sekiranya saja apa yang ada dihatinya ditanpakkan keliling pasar, namun ia sedikitpun tidak dipermalukan oleh apa yang tanpak dari hatinya.

Kalau saja anda belum mampu seperti itu, sebaiknya anda berusaha menjadikan hatinya lebih baik daripada aspek lahiriah : “setidaknya, hendaklah anda menyetarakan antara keduanya (batin dan lahiriah), sehingga tanpak sejajar antara memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik di saat sedang sendirian atau di tengah orang banyak, bagi anda sama saja, tidak ada bedanya. Inilah hal pertama yang harus ada dan diletakan oleh seseorang dalam menempuh Titian Khusus, yaitu : “Ma’rifat” kiranya hal itu perlu anda ketahui !. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.

MEMANFAATKAN WAKTU BERNILAI IBADAH

Posted By Taufik Hidayat On 06.11 0 komentar

Hendaklah anda mengisi setiap peluang waktu dengan aktivitas ibadah, hingga tidak ada sedikit pun waktu yang terlewatkan, baik siang atau pun malam, kecuali semuanya terisi dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai ibadah sepenuhnya. Dengan begitu, setiap waktu akan tanpak membawa berkah dan membuahkan hasil yang berguna bagi kehidupan di sepanjang usia anda, senantiasa menghadap kepada Allah SWT .
Dan seyogyanya terhadap hal-hal yang merupakan kebiasaan secara rutinitas anda, misalnya makan, minum, dan bermata pencarian, sebaiknya anda menjadikan sebagai aktivitas yang bernilai ibadah. Sesungguhnya, mengabaikan suatu hal tidak akan menjadikannya tegak. Begitu pula dengan melalaikan suatu perkara tidak akan mendapatkan hasil yang baik.

Hujatul Islam Imam Al-Ghazali, berkata : “ Seyogyanya anda membagi waktu dengan sebaik-baiknya dan mengatur Wirid anda secara tertib, dan menukarkan kesibukan tertentu pada setiap waktu yang telah anda tentukan sehingga tidak ada waktu yang terlewatkan secara sia-sia, tentu kesibukan (aktifitas) yang berarti. Sementara orang yang membiarkan dirinya menganggur tanpa kegiatan, si dungu ini setiap waktu hanya sibukkan dengan pertanyaan, apa yang harus aku kerjakan dan bagaimananya ya ? sehingga sebagian besar waktu habis sia-sia.
Waktu anda adalah sepanjang umur anda, sedangkan dalam perniagaan anda, dengannya anda bisa mencapai kenikmatan abadi disisi Tuhan. Setiap desah nafas kehidupan anda adalah intan permata yang sangat benilai, jika terlewati sia-sia, maka tidak akan kembali lagi, habis terbuang tiada guna”.

Tidak seyogyanya anda habiskan seluruh waktu anda dengan satu aktivitas Wirid saja, sekalipun wirid itu merupakan Wirid yang paling utama misalnya, karena hal seperti ini, akan mnghilangkan berkah sebagai macam wirid, juga menghilangkan berkah berganti-ganti wirid. Karena, setiap wirid mempunyai pengaruh dalam hati, disamping terdapat cahaya dan pertolongan serta tempat tersendiri dari Allah, bukan dari yang lain Allah. Selain itu, jika anda berpindah dari satu wirid kewirid yang lain, anda akan terhindar dari rasa jenuh dan bermalasan-malasan.

Imam Ibnu Atha’illah Asy-Syadzili r.a. berkata: “ Jika benar pada diri anda telah mengetahui adanya kejenuhan, maka ragamilah (hiasilah) diri anda dengan berbagai macam perilaku ketaatan. Ketahuilah, sesungguhnya keberagaman wirid itu banyak memberikan pengaruh pada hati, disamping dapat menformat anggota tubuh, akan tetapi pengaruh itu tidak terbukti secara kongkrit, jika tidak dilakukan dengan tertib dan berulang-ulang serta sesuai dengan waktu yang telah ditentukan."

Apabila anda termasuk orang yang tidak dapat konsentrasi menghabiskan seluruh waktu, baik siang ataupun malam dengan kegiatan yang baik, maka usahakan segala optimal untuk melaksanakan wirid dengan teratur pada waktu-waktu tertentu dan qodho’ lah, (gantilah dilain waktu), jikalau terlewatkan oleh hal lain, agar dapat membiasakan diri anda tetap menjaga wirid. Ketika anda terlena oleh nafsu, janganlah anda membiarkan ia membuat anda melewatkannya, jika ternyata terlewatkan, segeralah anda tunaikan seketika (saat itu juga).

Syaid Syekh Abdur Rahman As-Saqaf r.a. berkata :
“Barang siapa yang tidak mempunyai wirid, maka ia seperti kera.”

Sebagian orang Arif berkata :
“Datangnya cahaya hidayah itu tergantung pada wirid. Barang siapa yang secara lahiriahnya tidak punya wirid, maka tidak akan datang baginya cahaya hidayah dalam hatinya.”

Hendaklah Anda berpegang teguh pada komitmen kebenaran dan bersikap adil dalam perkara. Lakukanlah diantara amAl-amal yang dapat anda lakukan secara kontinu. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya ;
“Amal yang paling dicintai oleh Allah, adalah amal yang dilakukan secara terus menerus (istiqomah), sekalipun sedikit. “
(HR. Bukhari dan Muslim).


Nabi SAW juga bersabda :

Artinya :
“Lakukan amalan yang mampu kalian lakukan, karena Allah tidak akan jenuh hingga kalian merasa jenuh. “
(HR. Bukhari dan Muslim).


Setan berusaha menghiasi orang yang menempuh wirid (suatu amal kebaikan) pada awal mulanya dengan keinginan yang kuat hingga melakukannya begitu banyak dan berlebih-lebihan dengan begitu setan bertujuan agar dapat mengembalikan orang itu setelah usai wiridnya, untuk meninggalkan perbuatan yang baik (tidak melakukannya sama sekali ), atau ia tetap melakukannya, tetapi untuk tujuan yang tidak selayaknya. Setan terlaknat, tidak akan peduli dengan keduanya itu, ia akan tetap akan membuat orang itu kebingungan.

Adapun wirid-wirid itu, kebanyakan (pada umumnya berupa shalat Sunnah, membaca Al-Qur’an, mengkaji (mempelajari) ilmu pengatahuan, berzikil dan tafakur).
Mematuhi tulisan ini, akan kami kemukan hal-hal penting yang menyangkut tata krama (etika) yang dibutuhkan oleh orang yang mengingin kebaikan dalam hidup beragama.
Kami katakan, seharusnya anda mempunyai wirid, berupa shalat Sunnah yang lebih dari shalat–shalah Sunnah biasa. Anda tentukan waktunya, jumlah bilang rakaatnya yang sekiranya anda dapat melakukan secara rutin dan terus menerus (istiqomah).

Diantara Salafus Ahli (ulama salaf) r.a. ada yang mempunyai wirid shalat sehari semalam seribu rakaat, seperti Imam Ali Bin Hasan r.a. ada pula yang semalam wirid shalat, lima ratus rakaat sehari semalam, ada juga yang tiga ratus rakaat dan lain sebagainya.

Ketahuilah sesungguhnya shalat memiliki bentuk lahiriah dan hahikat batiniah. Bagi Allah, shalat seseorang tidak akan punya nilai hingga ditegakan secara total, dalam bentuknya secara lahiriah dan hakikat batiniahnya. Adapun bentuk itu adalah rukun-rukun, adab-adab secara lahiriah, seperti berdiri, membaca bacaan shalat, rukuk, sujud, membaca tasbih dan sebagainya.

Adapun shalat dalam bentuknya secara hakikat adalah hadir menghadap Allah, niat yang ikhlas, memfokuskan tujuan pada Allah, memusatkan mata penuh cita-cita hanya kepada Allah serta menyatukan hati tertuju kepada-Nya. Dan pikiran anda hendaklah terbatas hanya untuk shalat. Jangan sampai nafsu anda datang mengganggu dengan yang lain shalat. Anda juga harus bertata krama dengan adab munajat kepada Allah SWT Rasulullah SAW bersabda :

Artinya:
“Ketika seorang hamba berdiri untuk menunaikan shalat, maka Allah menyongsongnya dengan wajah-Nya.”

Tidak seyogyanya bagi seseorang, menyibukkan diri melakukan shalat Sunnah mutlak, di waktu Sunnah melakukan shalat Sunnah yang telah disebutkan dalam Hadistt Nabi SAW Baik berupa perbuatan maupun perkataan beliau, hingga ia melakukan shalat Sunnah itu secara sempurna. Diantara waktu Sunnah melakukan shalat Sunnah itu ialah sebelum dan sesudah shalat fardhu (shalat Sunnah rawatib).

Diantara shalat-shalat Sunnah yang masyhur, yang kiraya perlu kami sebutkan ialah :

1.Shalat Witir
Shalat Sunnah witir adalah shalat Sunnah yang telah ditetapkan dalam hadist Nabi SAW, hukumnya Sunnah muakat, bahkan sebagian ulama ada yang mewajibkannya.

Rasulullah SAW. bersabda :

Artinya :
“Sesungguhnya Allah itu ganjil (Esa), dia cinta yang ganjil, maka hendaklah Anda shalat witir, wahai Ahli Qur’an ( umat Islam ). “
(HR. Tirmidzi)


Rasulullah SAW juga bersabda :
“Shalat witir itu hak (benar), barang siapa yang tidak shalat witir, bukan termasuk golongan-Ku (yang sebenar-benarny). “
(HR. Abu Dawud dan Hakim)


Jumlah rakaat shalat witir yang paling banyak adalah sebelas rakaat, sedang paling sedikit tiga rakaat. Adapun waktu mengerjakan shalat witir yang paling utama adalah diakhir malam, yaitu bagi orang yang membiasakan diri melakukan shalat itu diakhir malam.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Jadikanlah (lakukanlah) shalat witir sebagai shalat terakhir Anda dimalam hari.”
(HR. Bukhari, Muslim & Abu Dawud).


Sementara bagi orang yang tidak terbiasa qiyamul lail diakhir malam, maka lakukanlah shalat witir setelah mengerjakan shalat isya ‘, itu lebih utama.

2.Shalat Dhuha

Shalat Dhuha merupakan shalat Sunnah yang penuh berkah dan banyak manfaatnya. Jumlah rakaat yang paling banyak adalah delapan rakaat. Ada yang berpendapat, dua belas rakaat berdasarkan dalil yang ada. Sedangkan yang paling sedikit adalah dua rakaat. Adapun waktu melaksanakanya yang terbaik adalah ketika sudah waktu Dhuha sampai mendekati seperempat siang.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Setiap ruas tubuh diri anda sekian membutuhkan pahala sedekah. Setiap tasbih, tahmid, tahlil, takbir, amal maruf dan nahi munkar adalah sedekah, dan yang dapat membandingi semua itu adalah dua rakaat shalat Dhuha.”

Sekali pun mengenai keutamaan shalat dhuha ini, tidak terdapat dari lain kecuali hadist sahih ini tetapi ini kami rasa sudah cukup kuat

3.Shalat Sunnah Awwabin

Shalat Sunnah Awwabin adalah shalat Sunnah antara Magrib dan Isya’, jumlah bilangan rakaatnya yang paling banyak ialah dua puluh rakaat, sementara yang biasa (sedang-sedang) adalah enam rakaat.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Barang siapa yang shalat dua rakaat antara magrib dan isya”, maka Allah membuatkan rumah di surga, baginya. “

Nabi SAW juga bersabda :

Artinya :
“Barang siapa shalat enam rakaat antara magrib dengan isya’ , sementara disela-sela semua itu ia tidak berkata kotor, maka baginya sebanding dengan beribadah dua belas tahun. “

Banyaknya dalil, baik dari tradisi dari Nabi (Hadistt Nabi SAW) maupun tradisi para sahabat dan tabi’in (Al-Atshar) yang menerangkan tentang keSunnahan menghidupkan shalat Sunnah antara magrib dan isya’ ini.

Kiranya cukuplah bagi anda keterangan berikut, bahwa Ahmad Bin Abu Huwari pernah memohon petunjuk kepada gurunya, yaitu Abu Sulaiman r.a. tentang mana yang lebih utama antara puasa disiang hari dengan melakukan shalat antara magrib dan isya’ (shalat Awwabin).

Abu Sulaiman r.a. menjawab : “ lakukan semuanya. “ Abu Huwari berkata : “ saya tidak bisa, karena jika saya berpuasa pada waktu-waktu seperti itu, saya sibuk berbuka puasa. “ Abu Sulaiman menjawab : “ jika anda tidak mampu melakukan semuanya (Puasa Sunnah dan shalat Awwabin, maka tinggalkanlah puasa dan lakukan shalat Sunnah antara magrib dan isya’ (Shalat Awwabin).:”

Aisyah r.a. berkata : “Rasulullah SAW tidak masuk kerumahku setelah shalat isya’, kecuali beliau telah melaksanakan shalat empat atau enam rakaat.”

Rasulullah SAW bersabda: “Empat rakaat itu menyerupai shalat pada malam Lailatul Qadar.”

4.Shalat Malam
Hendaklah anda menunaikan shalat malam (shalat Lail), karena adanya sabda Rasulullah SAW :

Artinya :
“Sebaik-baik shalat setelah fardhu, adalah shalat malam. “

Rasulullah SAW juga bersabda :

Artinya :
“Keutamaan shalat malam dibandingkan dengan shalat Sunnah disiang hari, seperti keutamaan sedekah rahasia atas sedekah terang-terangan.
(HR. Thabrani dan Abu Nu’nim)


Sementara Rasulullah SAW telah menerangkan, bahwa sedekah secara rahasia (siri) itu pahalanya dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lebih banyak dari pada sedekah secara terang–terangan.

Nabi SAW Bersabda :

Artinya :
“Hendaklah anda menunaikan shalat malam (qiamul lail), karena malam merupakan kebiasan orang-orang saleh sebelum anda sekalian .dan shalat malam itu, mendekatlah anda kepada Tuhan, melebur dosa dosa, mencegah dari dosa dan penyakit dari jasat (tubuh)”
(HR. Ahmad, Tarmizi dan Baihaqi)


Ketahuilah, bahwa orang yang menunaikan shalat malam setelah shalat malam shalat isya’, berarti dia telah melakukan shalat malam. Sebagian ulama salaf malaksanakan shalat sebagai shalat di awal malam. Tetapi, shalat malam setelah tidur, membuat setan malu dan mengalami kerugian besar, juga merupakan pendidikan yang baik bagi nafsu serta mengandung rahasia yang menakjubkan. Yaitu, shalat tahajud, yang telah diperintahkan oleh Allah kepada Rasulnya, sebagaimana disebutkan dalam Firman-Nya :

Artinya:
“Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu.”
(QS. Al-Isra’: 79
)

Diterangkan dalam suatu riwayat, bahwa Allah SWT merasa heran kepada seorang hamba, ketika ia bangun dari tidur bersama istrinya, untuk menunaikan shalat. Dan malaikat merasa bangga dengan orang semacam itu, dan Allah pun akan menyambutnya dengan wajahnya yang mulia.
Ketahuilah, adalah merupakan kerendahan bagi orang yang mencari kehidupan akhirat, tetapi ia tidak mau menunaikan shalat malam. Mengapa? Seorang murid seharusnya selalu mencari tambahan (peningkatan) dan menyongsong kemenangan (prestasi gemilang) dengan memanfaatkan waktu secara baik dan istiqomah.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Sesungguhnya di malam hari itu, terdapat saat (waktu ijabah). Tidaklah ada seorang Muslim yang memohon kebaikan urusan dunia dan akhirat kepada Allah tepat waktu ijabah itu, kecuali Allah tentu akan mengabulkan baginya. Dan hal itu terjadi di setiap malam”.
(HR. Imam Muslim)


Di dalam sebagian kitab suci Allah yang diturunkan kepada sebagian Nabi-nya, terdapat keterangan yang menyebutkan : ”Adalah dusta, orang yang mengaku cinta kepada-Ku, namun ketika tengah malam dia tidur melupakan aku. Bukankah orang yang mencinta itu. Suka menyepi berduaan ditempat yang sepi dengan kekasihnya ?”

Syekh Ismail bin Ibrahim Al-Jabrani rahimahumullah berkata :
”Seluruh kebaikan itu terkonsentrasi pada malam hari dan aku tidak percaya pada seorang wali, bahwa ia temasuk seorang wali, kecuali bagaimana ia di malam hari.”

Sayid Idrus Abdullah bin Abu Bakar berkata :
”Barang siapa yang temasuk diantara kekasih pilihan Allah, maka ia harus menundukkan waktu tengah malam untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT”

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Setiap malam, ketika malam tersisa sepertiga akhir, Allah SWT turun dari singgasana-Nya menuju langit dunia seraya Berfirman, ‘Adakah orang yang berdoa ? Maka Aku akan mengabulkanya ; Adakah orang yang memohon ampun ? Maka Aku akan mengampuninya ; Adakah orang yang meminta sesuatu ? Maka aku akan memberinya ; Adakah orang yang bertobat ? Aku akan menerima tobatnya ; Demikain itu, sampai terbit fajar. (waktu subuh)

Sekalipun tidak ada dalil yang mendorong melaksanakan shalat malam kecuali hadist tersebut, kami rasa dalil itu sudah cukup. Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, keduanya telah cukup mendorong dan memberikan rangsangan kepada orang-orang yang ma’rifat kepada Allah, untuk menunaikan shalat malam. Mereka menganggap bahwa hal itu merupakan derajad yang paling mulia dan nilai rasa kenikmatan yang paling lembut yang mereka dapatkan di dalam hati. Yakni, nikmatan yang berdekatan dengan Allah serta bermesra dengan-Nya, kenyamanan bermunajat dan berbincang-bincang bersama-Nya.

Sehingga di antara mereka ada yang berkata : ”Seandainya penghuni surga dapat merasakan seperti yang saya rasakan, tentu mereka berada dalam kehidupan yang bahagia dan sejahtara, ”di antara mereka, ada pula yang berkata : ”orang yang menghidupkan malamnya dengan munajat kepada Allah, seperti orang yang bersuka ria dengan mainan kesukaannya. ”Yang lain juga berkata : ’Sepanjang empat puluh tahun, tidak ada sesuatupun yang menyelimuti saya, keculi terbit fajar.”

Semua kenikmatan itu tidak akan tercapai, kecuali anda tegak berulang-ulang dan menanggung penderitaan menunaikan shalat malam. sebagaimana yang telah di katakan oleh Utbsh Al-Ghulam :
”Saya menanggung derita berpayah-payah untuk menunaikan shalat malam selama dua puluh tahun, dan saya merasakan kenikmatan dengan sebab selama dua puluh tahun.”

Selanjutnya, jika anda bartanya bacaan apa yang saya baca di waktu shalat malam, dan berapa jumlah rakaat yang seharusnya lakukan ? Ketahuilah, bahwa Rasulullah SAW tidak memastikan suatu bacaan tertentu dalam shalat Tahajjud, namun sebaiknya membaca Al-Qur’an secara bersambung, sedikit demi sedikit di dalam shalat anda, hingga dalam setiap bulannya kurang lebih satu khataman Al-Qur’an, tergantung pada kondisi yang memungkinkan bagi anda.

Adapun mengenai jumlah rakaatnya, sebagian besar riwayat mengenai qiyamul lail yang Rasulullah SAW adalah bahwa beliau menunaikan shalat malam sebanyak tiga ratus rakaat. Ada pula riwayat bahwa setidak–tidaknya beliau melakukan sembilan atau tujuh rakaat. Riwayat yang terbanyak dan kuat adalah Nabi SAW bisa menunaikan shalat malam sebanyak sebelas rakaat.

Secara ringkas dari keseluruh keterangan hadist tersebut, seharusnya anda menunaikan shalat malam, dan ketika anda bangun tidur malam hari, usir mata kantuk dari mata anda, sapulah wajah dengan tangan seraya berdoa :

Artinya:
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku setelah matiku dan kepada-Nya kami kembali.”

Lalu bacalah ayat berikut yang artinya :
”Sesungguhnya dalam penciptakan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang–orang yang berakal, (yaitu) orang–orang yang mengingat Allah sembil berdiri, duduk ataupun dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptakan langit dan bumi (seraya berkata) : ya Tuhan kami, tiadakah Engkau yang menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka, ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang–orang yang zalim seorang penolong pun, ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru pada iman, (yaitu) : berimanlah kamu kepada Tuhan kamu, maka kami pun beriman, ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah bagi kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami berserta orang-orang yang banyak berbuat bakti, ya Tuhan kami, berikanlah kami yang telah Engkau janjikan kepada kami perantaraan Rasul-Rasul Engkau, dan jangan Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. Maka Tuhan mereka memperkenalkan permohonaannya (dengan berfirman) sesungguhnya aku tidak menyianyiakan orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan, (karena) sebagian kaum adalah keturunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan di bunuh, pastilah aku memasukkan mereka ke surga, yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah, pada sisinya pahala yang kafir yang bergerak di dalam negeri, itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahannam ; dan Jahanam itu kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka tinggal di tempat di sana sebagai tempat tinggal (anugrah) dari sisi Allah, dan apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang yang beriman kepada Allah dan pada siapa yang di turunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada kepada Allah dan mereka tidak menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya, sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Hai orang–orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kamu kesabaranmu dan tetaplah bersikap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
(QS. Ali Imran : 190-200).


Selanjutnya, segeralah bersiwak dan berwudu’ dengan sempurna dan lakukanlah shalat dua rakaat secara ringan. Setelah itu, shalatlah delapan rakaat secara panjang-panjang, setiap dua rakaat satu salam, atau bisa juga kamu lakukan delapan rakaat sekaligus, satu salam, semuanya, terdapat dalil yang menerangkan akan hal ini, setelah itu, jika kamu rasa masih tersisa semangat beribadah, maka lakukanlah shalat kehendak yang anda inginkan.

Kemudian, lakukan shalat witilr sebanyak tiga rakaat dengan satu salam atau dua kali salam. Pada rakaat pertama, setelah Al-Fatihah, bacalah surat sbibihisma a’laa ; untuk rakaat kedua, setelah Al-Fatihah, bacalah surat quryana ayyuhal kaafirun ; dan untuk rakaat ketiga, setelah surat Al-Fatihah, bacalah surat Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzaitun
(Al-Falaq dan An-Naas)

Janganlah anda mengira, bahwa shalat witir seperti ini sebelas rakaat, rakaat shalat witir yang di sebutkan dalam bentuk seperti ini, merupakan bagian dari cara tersebut, sesuai yang ada pada riwayat dari Rusulullah SAW dalam melakukan shalat malam, bukan berdasarkan yang telah diuraikan di atas. Pahamilah itu, sungguh Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.


MEMBACA AL-QUR’AN

Posted By Taufik Hidayat On 06.10 0 komentar

Seyogyanya anda memilih Wirid suatu amalan tertentu yang dilakukan secara rutin dan pada waktu yang ditertentu pula misalnya membaca kitab Al-Qur’an setiap hari, siang atau malam secara rutin, setidaknya satu juz, hingga dalam jangka satu bulan dapat mengkhanatkannya sekali khataman. Atau lebih cepat lagi, setiap tiga hari sekali khataman. Ketahuilah, sesungguhnya membaca Al-Qur’an itu fathilahnya besar sekali dan berpengaruh sebagai cahaya pelita hati.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya:
“Sebaik-baik beribadah bagi umatku adalah membaca Al-Qur’an”.

Imam Ali karram Allahu wajhah barkata : Barang siapa yang membaca Al-Qur’an, semantara dia sedang malaksanakan shalat dengan berdiri, maka setiap huruf mendapat seratus kebaikan. Barang siapa yang membaca Al-Qur’an, dalam keadaan dia sedang shalat dengan duduk, maka baginya setiap huruf mendapatkan lima puluh kebaikan, barang siapa yang membaca Al-Qur’an, sementara di luar shalat, dan dalam keadan suci, maka mendapatkan dua puluh lima kebaikan, dan barang siapa membaca Al-Qur’an sedang dia tidak dalam keadaan suci, (berhadas), maka baginya mendapat sepuluh kebaikan.”
Ketika anda membaca Al-Qur’an, janganlah memperturutkan keinginan hanya mengejar banyaknya bacaan, sehingga anda membaca tergesa-gesa, tanpa perenungan dan tidak pula tartil.

Oleh sebab itu, ketika anda membaca Al-Qur’an hendaklah dengan perenungan dan pemahaman akan artinya, untuk itu membacanya secara tartilakan sangat membantu, hadirkanlah hati anda dengan penuh pengagungan kepada Allah, bahwa anda sedang membaca dan berbicara dihadapan Tuhan Yang Maha Suci. Anda sedang membaca kitab suci-Nya yang mengandung perintah, larangan, nasehat dan pesan moral kepada anda.
Ketika anda membaca ayat-ayat tauhid, hendaklah anda bersikap penuh pengagungan kepada kepada-Nya. Dan ketika membaca ayat-ayat janji dan ancaman, anda harus bersikap penuh harap (senang) dan takut akan ancaman-Nya. Kemudian ketika anda membaca ayat-ayat perintah dan larangan, maka hendaklah anda bersyukur dan mengakui akan keteledoran dan kekurangan anda serta memohonlah ampunan serta i’tikad lebih memperbaiki diri.

Ketahuilah, sesungguhnya Al-Qur’an itu bagaikan lautan yang luas yang meliputi segala sesuatu, dari adanya keluarlah intan permata keilmuan serta pemikiran-pemikiran yang jenih. Barang siapa di antara orang-orang mukmin yang telah dapat membuka pemahamanya terhadap isi kandung Al-Qur’an, maka terbukalah kemenangannya, sempurnalah cahayanya dan luaslah ilmunya, hingga ia menjadi tidak bosan-bosan membacanya baik siang maupun malam, karena di dalamnya ia telah menemukan maksud dan tujuannya. Hal demikian ini, merupakan sifat dari seorang murid yang benar.

Syeh Abu Madyan r.a. berkata :
”Seorang murid belum dianggap murid yang benar, hingga ia dapat menemukan apa yang ia maksudkan dalam Al-Qur’an”.

Dan hendaklah anda juga memilihara untuk membaca beberapa surat dan ayat-ayat Al-Qur’an, yang telah di terang oleh dalil-dalil yang mendorong kita untuk melaksanakan pada waktu tertentu. Di antaranya, hendaklah malam anda membaca : Alif Laam Miim ; As-Sajjadah ; Tabaarak ; (Al-Mulk) ; Al-Waqiah ; dan Aamanar Rasul sampai akhir surat (2 ayat terakhir dari Al-Baqarah) ; serta membaca Ad-Dhukhan, pada setiap malam Senin dan Jum’at. Membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at. Siang ataupun malamnya. Jika memungkinkan, anda membaca juga surat Al-Munjiat As-Saba’ (tujuh surat keselamatan) setiap malam, semua itu mengandung keutamaan yang agung.

Di antaranya lagi, hendaklah anda baca di setiap pagi dan sore hari, ayat-ayat pertama surat Al-Hadid, ayat-ayat surat terakhir Al-Hasyr, juga surat Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatain, masing-masing tiga kali. Di samping itu, jangan lupa anda membaca surat Al-Ikhlas, Mu’awwidzatain, ayat Kursi dan surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun ketika hendak tidur. Jadikanlah yang terakhir ini sebagai akhir dari yang anda baca. Sungguhnya Allah Maha Benar dalam firman-Nya, dialah yang memberi jalan petunjuk jalan kebenaran.


MENGKAJI ILMU

Posted By Taufik Hidayat On 06.09 0 komentar

Seyogyanya anda mempunyai wirid, berupa membaca (mempelajari) ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang dapat menambah kema’rifatan anda terhadap zat Allah (Dzatillah) sifat-sifat-Nya (shifatuhu), perbuatan-perbuatan (af’alahu) dan nikmat nikmat-Nya, sehingga anda benar-benar mengetahui apa yang diperintah kepada anda yang harus anda taati dan apa pula yang dilarang oleh-Nya, yang harus anda jauhi dan tidak mendurhakai-Nya, serta dapat pula mengakibatkan anda zuhud akan dunia dan cita akhirat, dapat pula menjadikan anda mengetahui aib anda sendiri dan pekerjaan yang membahayakan bagi anda, dan dengan-Nya pula anda dapat mengetahui tipu muslihat musuh-musuh anda, ilmu semacam ini terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an, hadist Rasul dan kitab-kitab para imam (ulama).
Imam Ghazali r.a. telah mengumpulkan semua itu di dalam kitab-kitabnya yang besar bernilai tinggi, yang sangat penting bagi orang-orang yang sangat memiliki kecerdasan dan memahami agamanya yang kuat akan keilmuan dan sempurna dan keyakinannya. Oleh sebab itu, anda harus mengkaji dan mempelajarinya, jika anda mempunyai cita-cita menempuh jalan menuju Allah dan menghendaki untuk sampai pada tatanan pencapaian akan kebenaran.
Kitab-kitab Al-Ghazali memiliki keunggulan tersendiri, dibandingkan dengan kitab-kitab sufistik lainnya, karena kajian yang mendalam, komprehensif, filosofis dan mudah dipahami dalam tempo waktu yang singkat.
Anda juga harus banyak membaca (mempelajari) kitab-kitab dan hadist, tafsir dan buku-buku umum, karena hal itu dapat menyingkap hall-hal secara menyeluruh, hingga anda mermiliki yang luas, serta dapat memperkukuh pendekatan diri kepada Allah secara sempurna, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian besar para ulama yang arif dan berilmu tinggi.
Tetapi anda tetap harus hati-hati dan waspada membaca buku-buku para ulama yang membuat beberapa permasalahan yang sangat rumit, yang hanya mengenai masalah-masalah hakikat, semua itu dapat anda temukan pada sebagian besar karya Syekh Muhammad Bin Arabi, juga diantara karya-karya Imam Ghazali r.a. misalnya kitab Al-Mi’raj dan yang setara dengannya.
Syekh Zaruq didalam Ta’sisul Qawa’id, menyebutkan kaidah-kaidah untuk membaca dalam waspada beberapa kitab yang beredar, jika anda membaca dan mempelajarinya. Sekalian beliau tidak menyebutkan jumlahnya, diantara kitab-kitab itu karya Syekh Abdul Karim Al-Jaelany, karena kitab adalah kitab Syekh Abdulah Karim ini di susun sesudah penyusun kitab tersebut, kewaspadaan dalam mempelajari kitab tersebut hanya mementingkan keselamatan, sekalipun ada orang yang mengatakan : ’Bagiku tidak ada salah membaca kitab-kitab semacam itu, karena aku mengambil yang kupahami dan menyalahkan apa yang tidak aku pahami kepada penulisnya.”
Sebagai jawaban ucapan orang tersebut aku jelaskan padanya, aku mengerti, akan tetapi aku mengkhawatirkan kepada anda yang terhadap apa yang anda pahami itu, tidak ada pemahaman semestinya itu, sehingga anda tersesat dari jalan yang benar, sebagaimana hal itu terjadi pada kelompok pada sebagian orang yang menekuni kitab-kitab tersebut, hingga menjadikan mereka sebagai kaum zindik dan ekstrimis, sehingga dengan mudah dan penuh percaya diri, ia berkata, sesungguhnya tidak ada daya upaya, dan tidak pula ada kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah SWT”


ZIKIR KEPADA ALLAH TA’ALA

Posted By Taufik Hidayat On 06.08 0 komentar

Seyogyanya anda mempunyai wirid, berupa berzikir kepada Allah SWT, yang anda tentukan waktu dan bilangan dalam mengamalkannya, dalam hal ini, tidak ada salahnya memiliki tasbih, demi kecermatan hitungan. Perlu anda ketahui, berzikir itu merupakan rukun dari ajaran terikat, kunci hakikat, senjata para murid, tradisi penyebaran kewalian, demikan sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama.

Allah SWT berfirman :

Artinya:
“Ingatah kamu kepada–Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu…….”
(QS. AL-Baqarah : 152
)

Allah SWT berfirman :

Artinya :
”…… ingatlah kamu kepada Allah, di waktu berdiri, duduk, dan di waktu berbaring ……..”
(QS. An-Nisa’ : 103
)

Allah SWT berfirman :

Artinya:
“Wahai orang–orang yang beriman, ingatlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-sabanyaknya.”
(QS. Al-Ahzab : 41)


Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadistt qudsi :

Artinya:
“Allah Ta’ala Berfirman, ‘Sesungguhnya aku bersikap menurut prasangka hamba-Ku, aku bersamanya tatkala ia ingat kepada-Ku, jika ia mengingat-Ku di hatinya, aku mengingat di hati-Ku, jika ia mengingat-Ku dikelompoknya, aku akan mengingat dalam kelompok yang lebih baik.
(HR. Baihaqi)


Nabi SAW juga bersabda dalam Hadist qudsi yang lain :

Artinya:
“Allah ta’ala Berfirman, Aku duduk bersama orang yang mengingat-Ku.”


Nabi SAW juga bersabda :
“Perhatikan, akan Aku beritahukan kepada kalian tentang amal yang baik bagi kalian, lebih suci dihadapan raja kalian, setinggi-setinggi derajat kalian, lebih baik bagi kalian dari pada menyedekahkan emas dan perak, dan lebih baik dari pada seandainya kalian bertemu dengan musuh (di medan fii sabilillah), kemudian kalian memukul leher mereka, dan mereka pun memukul leher kalian (berperng di jalan Allah SWT) ?”

Para sahabat menjawab : ”ya, baiklah.”lalu Nabi bersabda : ”yaitu, zikir kepada Allah SWT”

Buah zikir dan nilai yang akan diperoleh orang yang membiasakan berzikir yang penuh kesopanan dan memusatkan kehadiran hati kehadirat Allah, minimal ia memetik buah di dalam hatinya kemanisan ibadah dan kelezatan hal-hal yang di anggap lemah oleh perutnya yang jestru dapat ia pahami sebagai kenikmatan dunia. Sedangkan buah tertingi adalah tercapainya sebuah kondisi di mana antara yang diingat (Allah) dengan orang yang mengingat (berzikir) melebur jadi satu (tidak lagi ada sekat dan di batasi oleh ruang dan waktu) ia lepas dari segala sesuatu selain dari Allah.

Barang siapa duduk menghadap kiblat di tempat yang sunyi dengan sikap sempurna, seluruh anggotanya tenang, kepala menunduk kemudian berzikir dengan sepenuh hati, maka ia akan dapat melihat anugerah yang tanpak dalam hatinya sebab zikir. Jika hal seperti ini berlangsung terus, maka cahaya kedekatan (hubungan dengan Allah) memancar di dalam hatinya, dan tersingkaplah baginya rahasia kegaiban.
Sebaik-baik metode bagi orang yang berzikir, baik dengan suara pelan (sirr) atau keras (jahr) dengan lafar zikir atau membaca Al-Qur’an, adalah tergantung bagaimana yang terbaik bagi hatinya.

Zikir itu merupakan wirid yang dilakukan secara terus-menerus. Maka bersungguh-sungguhlah, agar lidah anda senantiasa basah dengan lafal zikir di setiap keadaan, kecuali di waktu wirid yang tidak mungkin mengumpulkan kedua-keduanya, seperti membaca dan berzikir. Semua itu dan segala bentuk aktiviitas yang mendekatkan diri kepada Allah, merupakan bentuk zikir kepada Allah dalam arti secara umum. Janganlah anda menyingkatkan zikir hanya dengan satu jenis, tetapi seyogyanya anda mempunyai beberapa macam wirid yang anda lakukan secara rutin dan istiqamah.

MERAWAT ZIKIR DAN DOA

Posted By Taufik Hidayat On 06.07 1 komentar

Hendaklah Anda memelihara zikir dan doa-doa yang datang dari Nabi setelah shalat, juga di waktu pagi dan sore hari, ketika hendak tidur, atau setelah bangun tidur, dari waktu ke waktu, dan dari suatu kondisi ke kondisi lain yang silih berganti. Rasulullah SAW tidak mengajarkan zikir dan doa-doa kapada umatnya, kecuali hal itu tetap menjadi sebab bagi mereka untuk mendapatkan keberuntung dengan kebaikan dan selamat dari keburukan yang terjadi waktu dan kondisi yang terjadi saat itu.
Barang siapa yang mengabaikan, kemudian memeperoleh sesutu yang tidak ia sukai atau ia menjadi terlempar jauh dari sang kekasih (Allah), maka janganlah memcaci maki siapapun, kecuali dirinya sendiri.
Barang siapa yang mengamalkan apa yang telah kami tuntunkan itu, maka hendaklah ia mau menelaah kitab karya Imam Nawawi r.a (Al-Adzkar), semoga ia (Imam Namawi) memperoleh sebaiknya-baik pembalasan.

Barang siapa yang mengkukuhan kemauan untuk melakukan wirid setelah shalat, maka yang lebih utama hendaklah anda membaca wirid berikut setiap selasai Shalat fardu, yaitu:.

“Allhumma ‘iannii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik. (ya, Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu). Kemudian membaca tasbih (SubhanAllah) 33 kali, ’tahmid (alhamdulillah) 33 kali. ’dan takbir (Allahu akbar) 33 kali. selanjutnya, diakhiri dengan bacaan keseratus kalinya, yaitu membaca kalimat : laa ilaaha illaaha wahdahuu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa’alaa kulli syai-in qadiir. (Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya segala puji. Dia (Allah) Maha Kuasa atas segala sesuatu)

Kemudian tambahan pula kalimat yuhyi dan yumiit 10 kali, sementara posisi duduk masih tetap sebagaimana ketika tasyuhud akhir (belum berubah) di baca sesudah shalat subuh, ashar dan magrib.
Begitu pula ketika di waktu pagi dan sore hari, anda baca :
Subhaanallaahi wa bihamdihi.


Artinya :
“Maha Suci Allah dan dengan segala puji-Nya.”100 x.

Dan membaca :
Subhaanallaahi walhamdu lillahi walaa ilaaha illAllahu allaahu akbar.

Artinya :
“Maha Suci Allah, segala puji hanya milik Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Allah Maha Besar.”100 x.

Atau membaca :
Laa ilaaha illallaaahu wahdahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa’alaa kulli syai-in qadir.

Artinya :
“Tidak Ada Tuhan Selain Allah Yang Maha Esa, Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya, Hanya Bagi-Nya Seluruh Kekuasaan, Hanya Bagi-Nya Segala Puji, Dia (Allah) Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu).

Lalu jadikanlah pula shalawat Nabi sebagai wirid. Karena shalawat merupakan penghubung antara anda dengan kekasih Allah, juga merupakan pintu aliran pertolongan bagi anda lewat Rasul Allah SAW.

Nabi SAW bersabda :

Artinya:
“Barang siapa membaca shalawat untukku satu kali, maka Allah memberikan shalawat (rahmat) padanya, sepuluh kali.”
(HR. Ahmad dan Muslim)


Nabi SAW juga bersabda :

Artinya:
“Yang paling menyenangkan Aku dari kalian dan mendekatkan kalian kepada-Ku dalam suatu majelis, adalah orang yang paling banyak shalawat kepada-Ku dari kalian.”


Allah SWT telah memerintahkan kapadaku bersalawat kepada Nabi SAW sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya.”
(QS. Al-Ahzab : 56)


Lakukan dan perbanyaklah membaca shalawat, janganlah anda mempersedikit membacanya. Sertakanlah pula buat keluarga Nabi, ketika anda membaca shalawat kepada beliau. Banyak-banyaklah membaca shalawat utama di malam hari dan siang hari Jum’at.

Rasul Allah SAW bersabda :
“Memperbanyak membaca shalawat kepadaku di malam dan siang hari Jum’at. Yaitu dengan lafal. ’Semoga Allah memberikan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’.”
(HR. Al-Baihaqi)


1.Anda seharusnya juga mempunyai wirid, berupa perenungan (berpikir) di setiap hari, siang dan malam, yang telah anda tetapkan waktunya pada saat-saat tertentu. Adapun waktu yang paling tepat untuk berpikir (perenungan), adalah di tengah malam, karena kondisi yang sunyi, hening, tidak bising tentu berpengaruh besar sampai menembus hati.
Ketahuilah, bahwa permasalahan kehidupan dunia dan dalam beragama itu tergantung pada kebenaran kerangka pola pikir. Barang siapa yang mengambil hak berpikir dari dirinya, maka ia telah mengambil kerhomatan yang agung dari setiap kebenaran.
Ada sebuah riwayat menyatakan:”berpikir satu jam, lebih baik daripada ibadah satu tahun.”

Imam Ali-Karramallahu Wajhah berkata : ”Tidak ada nilai ibadah seperti setingginya nilai berpikir.”
Sebagian orang yang bijak berkata : ”Berpikir itu pelita hati, jika telah hilang, maka tidak ada sinar baginya.
Adapun ruang lingkup berpikir itu banyak sekali, di antaranya, ialah : ”Memikirkan tentang keindahan ciptaan Allah yang sangat menakjubkan,dan kekuasaan-Nya baik yang kelihatan ataupun yang tidak, serta apa saja dari tanda–tanda kekuasaan Allah yang tersebar luas di hamparan bumi dan bumi dan cakrawala langit (ufuk). Ruang lingkup ini, merupakan medan berpikir yang paling mulia dan tinggi berpikir hal semacam ini akan meningkatkan kema’rifatan anda terhadap zat Allah, sifat-sifat dan Keagungan nama-Nya. Sebagai motivator dari hal ini adalah fiman Allah SWT :


Artinya:
"Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi…..”
(QS.Yunus : 101)


Di antara ciptaan Allah yang sangat mengagumkan adalah penciptaan akan diri anda sendiri, maka runungkanlah penciptaan diri anda. Allah SWT berfirman :

Artinya:
“Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan pada dirimu sendiri, apakah kamu sekalian tiada memperhatikan?”
(QS. Adz-Dzariyat : 20-21)


2.Anda juga harus berfikir tentang berbagai nikmat dan pemberian Allah yang di karuniakan kepada anda, Dia Allah telah menyempurnakan kenikmatan-Nya dalam penciptaan diri anda.

Allah SWT berfirman :

“Ingatlah kamu sekalian terhadap nikmat-nikmat Allah, semoga sekalian beruntung.”
(QS. Al-A’raf : )

Artinya:
“Jikalau kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menentukan jumlahnya.
(QS. An-Nahl : 69)

Dan firman Allah SWT Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu maka dari Allahlah (datangnya).”
(QS. An-Nahl : 18)

Buah pikir ini, adalah mengisi hati penuh dengan rasa cinta kepada Allah dan sibuk bersyukur kepada-Nya, baik dari lahir atau batin, sebagaimana dia (Allah) cinta dan ridho kepadanya.

3.Anda juga seharusnya berpikir terhadap keluasan ilmu Allah, perhatikan dari pengawasan-Nya kepada Allah.

Allah SWT berfirman :

Artinya:
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang di bisikan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.”
(QS. Qaaf : 16)


Dan firman Allah SWT :

Artinya:
“Dan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. ‘
(QS. Al-Hadid : 4)


Allah juga Berfirman :
”Tidaklah kamu tahu, bahwa sesungguhnya mengetahui apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah tiga orang yang berbisik, dia (Allah) yang keempatnya dan tidaklah lima orang yang berbisik, kecuali dia (Allah) yang keenamnya.”
(QS. Al-Mujadalah : 7)


Berpikir semacam ini, akan menumbuhkan rasa malu kepada Allah SWT Dia (Allah) melihat anda melanggar larangan-Nya dan meninggalkan perintah-Nya.

4.Anda juga seharusnya berpikir akan keterbatasan dan kekurangan ibadah anda kepada Tuhan, serta pelanggaran anda terhadap apa yang dilarang oleh Allah terhadap anda yang mengakibatkan murka-Nya. Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat : 56)

Dan berfirman Allah SWT :

Artinya :
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak d kembalikan kepada kami ?”
QS. AL-Mu’minun : 115
)

Allah SWTBerfirman :
”Hai manusia, apakah yang memperdayakan (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.”
(QS. Al-Infithar : 6
)

Dan firman Allah SWT :

Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh–sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.”
(QS. Al-Insyiqaq : 6)


Berpikir semacam ini akan menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT Dan membawa anda untuk mengoreksi diri sendiri, yang pada akhirnya dapat menjauhkan dari kecerobohan dan anda pun menjadi terpenuhi dengan kecerdasan.

5.Anda juga seharusnya berpikir tentang kehidupan dunia dan berbagai permasalahan serta keragamannya, yang segera berakhir (lenyap), juga berpikir tentang kehidupan akhirat dan kenikmatan serta keabadiannya Allah SWT Berfirman :

Artinya:
“Seperti itulah Allah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kamu, agar kamu mau berpikir terhadap apa yang ada di dunia dan akhirat.”
(QS. Al-Baqarah : 219-220)


Dan firman Allah SWT :
”Tetapi kamu (orang-orang kafir) memiliki kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan dunia akhirat adalah lebih baik dan kekal.”
(QS. Al-Alaq : 16-17)

Allah juga Berfirman :

Artinya:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al-Ankabuut : 64)


Buah dari berpikir semacam ini, akan membuat anda zuhud di dunia dan cinta akhirat.

6.Seyogyanya anda juga berpikir akan datangnya kematian, serta adanya kerugian dan penyesalan setelah terlewatkan.

Allah SWT berfirman :

Artinya:
“Katakanlah : sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan di kembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan nyata, lalu dia di beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. AL-Jumu’ah : 8
)

Dan firman Allah SWT :

Artinya:
“Hingga apabila datang kemaitan pada seseorang dari mereka, dia berkata : “Wahai Tuhanku, kembali aku (di dunia), agar aku berbuat amal yang soleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan’. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu hanyalah kalimat yang ia ucapkan saja.”
(QS. Al-Mu’minun : 99-100).


Allah SWT juga berfirman :
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melupakan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata : ya Tuhanku, mengapa engakau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh, dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.”
(QS. Al-Munafiqun : 9-11)


Manfaat berpikir semacam itu, dapat memperpendek angan-angan kosong (lamunan) dan dapat mendorong berbuat yang baik serta mempersiapkan bekal buat akhirat.

7.Hendaklah anda juga berpikir tentang akhlak dan amal-amal yang menjadi ciri khas dari para wali (kekasih Allah). ’Juga tentang musuh-musuh Allah, serta berpikir mengenai balasan yang disiapkan untuk dua kelompok ini, dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman :


Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka jahanam.”
(QS. Al-Infihar : 13-14)


Dan berfirman Allah SWT :
“Apakah orang yang beriman itu sama dengan orang-orang fasik ? Mereka tidak akan pernah sama.”
(QS. As-Sajdah : 18)


Allah SWT juga berfirman :


Artinya :
“Adapun orang yang memberikan (harta di jalan Allah) bertakwa serta membenarkan adanyaq pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyipkan baginya jalan yang mudah.”
(QS. Al-Alil : 5-7)


Allah SWT berfirman :
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, adalah mereka yang apabila di sebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila di bacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah iman mereka (kerenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang–orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizeki yang Kami berikan kepada mereka, itulah orang-orang yang beriman yang sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia.”
( QS. Al-Anfal : 2-4)


Dan firman Allah SWT :


Artinya :
“Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang mengerjakan amal-amal saleh, bahwa ia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana ia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa……”
(QS. An-Nur : 55)

Dan firman Allah SWT :


Artinya :
“Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang kami timpa suara keras yang mengguntur, dan di antara ada yang kami benamkan kedalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
(QS. Al-Ankabut : 40)


Allah SWT berfirman :
”Hai orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuru membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya, mereka telah lupa pada Allah, maka Allah melupakan mereka, sesungguhnya orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan dan orang orang kafir dengan neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka. Dan Allah melaknat mereka dan bagi mereka azab yang kekal.”
(QS. At-Taubah : 67-68)


Allah SWT berfirman :
”Dan orang–orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadikan penolong bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Allah menjadikan kepada orang–orang yang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga, dan keridhaan Allah adalah lebih besar.”itu adalah keberuntungan yang besar.”
(QS. At-Taubah : 71-72)


Dan Allah SWT juga berfirman :
”Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan kami dan merasa puasa dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami, mereka itu adalah tempatnya neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan, sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka di beri petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah : subhaanakallaahumma, ”dan salam penghormatan, mereka ialah : ”salam, ”dan penetup doa mereka ialah : alhamdulillaahirabbil’aalamiina.”
(QS. Yunus : 7-10)


Berpikir semacam ini, akan membuahkan kecintaan terhadap orang-orang yang beruntung (orang-orang saleh), dan kesanggupan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan, serta beraklak seperti akhlak mereka jika terus saya gelar penjelasan seperti ini, tentu saya telah keluar dari koridor maksud mempersingkat pembahasan ini. Apa yang telah saya sampaikan ini. Kiranya telah cukup bagi orang yang mau mendaya fungsikan akal pikirannya.

Setiap jenis ruang lingkup permikiran hendaklah di sertai dalil-dalil yang valit baik berupa ayat-ayat Allah, Hadist-Hadist Nabi atau perkataan para sahabat tabi’in (Al-atsar). Sebagaimana yang telah saya kemukakan dalam setiap ruang lingkup pembahasan di atas.
Takutlah anda berpikir tentang zat Allah SWT Dan sifat-sifat-Nya, dari aspek mencari hakikat terjadinya, bagaimana cara, karena hal itu akan menyeret anda larut dalam kehampaan yang sia-sia serta akan terjatuh dalam bahaya yang menyerupakan Allah.

Diriwayatkan hadist Marfu’, Rasulullah SAW bersabda :

Artinya:
“Berpikirlah anda terhadap ayat-ayat Allah dan janganlah anda berpikir tentang zat Allah, karena anda tidak akan mampu mengirakan hak kekuasaan-Nya.”
(HR. Ibnu Hibban)


Inilah maksud dari penjelasan saya mengenai tata krama dalam sebuah kajian dan permikiran serta maksud dari wirit-wirit yang saya maksudkan secara substansial adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Anda harus berusaha untuk dapat mencapai hal tersebut, dan anda tidak akan bisa sampai di sana, sepanjang anda tidak menjalankan cara-caranya (metode) secara tepat, yaitu memindah aktivitas lahir dengan mengarahkan mendekat kepada Allah SWT Jika hal ini telah anda tempuh, maka cahaya kedekatan kepada Allah akan menaungi anda hingga ilmu-ilmu kema’rifatan akan mengalir anda terkonsentrasi pada anda. Pada saat itu, hati anda akan terpusat kepada Allah dengan kesempurnaan-Nya.kedekatan anda bersama Allah SWT Akan merefleksi pada perangai anda dan menjadi akhlak yang kuat.

Dalam kondisi demikian, menjadi terasa begitu berat bagi anda hadir bersama makluk ketika anda memerlukannya. Barangkali anda belum mampu dengan kenyatan seperti itu, dalam kondisi ini, anda muncul perasaan lenyap, tenggelam, tidak mau dari yang selain Allah SWT Pangkal dari semua itu, adalah membiasakan amaliah lahir serta mempertahankannya dengan berusaha secara optimal, untuk tetap bersama Allah.
Oleh sebab itu, takutlah anda meninggalkan amalan wirid, karena hal itu dikhawatirkan akan membuat anda tidak bisa istiqamah melakukan wirid, jika anda meninggalkanya, maka itu sebuah kedunguan.
Dan tidak seharusnya anda tidak mengerjakan suatu dalam setiap amalan dalam setiap waktu, hanya karena menakuti semangat sesaat atau mengisi waktu kosong, akan tetapi seyogyanya anda tentukan segala sesuatunya dengan baik, kemudian anda tambahi ketika tumbuh semangat baru dan tanpa mengurai ketika timbul kemalasan.

BERSEGERA PADA KEBAIKAN

Posted By Taufik Hidayat On 06.06 0 komentar

Ketahuilah, bahwa bersegera menuju kebajikan, memelihara ibadah dan mempertahankan keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan, merupakan tradisi para Nabi dan para wali, mulai dari awal sampai akhir. Mereka adalah orang yang ma’rifat kepada Allah. Karena itu tidak diragukan lagi bahwa mereka menempati posisi sebagan orang yang paling banyak beribadah, bakti dan paling takut kepada Allah SWT.
Sesungguhnya pendekatan diri seorang hamba kepada Tuhannya, sesuai dengan kadar rasa cintanya kepada Tuhannya, sementara rasa cinta itu tergantung pada tingkat kema’rifatannya, apabila seorang hamba semakin ma’rifat kepada Allah, ia menjadi semakin mencintai-Nya, dan semakin banyak beribadah.

Kesibukan anda menumpuk-numpuk harta duniawi, dan kecendrungan anda mengikuti hawa nafsu, akan menjauhkan anda dari mengamalkan wirid-wirid dan menunaikan ibadah, maka bersungguh-sungguhlah menjadikan waktu anda untuk Tuhan, yaitu mulai dari pagi hari sampai akhir, isilah waktu-waktu anda dengan bacaan tasbih, istighfar atau bacaan-bacaan lain dari berbagai macam amalan-amalan kebaikan.

Diriwayatkan dalam sebuah Hadist qudsi:

Artinya :
“Nabi SAW Bersabda bahwa Allah SWT berfirman : wahai anak Adam, berikan waktu sesaat untuk-Ku di awal hari (pagi) dan sesaat pada akhirnya, maka hal itu bagi anda di antara keduanya.”

Disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa buku catatan amal seorang hamba, dilaporkan kepada Allah SWT Di akhir setiap hari, jika di awal dan di akhirnya adalah baik, maka Allah SWT berkata kepada malaikat : ”hapuslah, antara itu … dan itu … (yang tidak baik), semata-mata sebagai anugrah dari-Ku buat manusia dan segenap manusia, akan tetapi ke banyakan manusia tidak mengetahui”.

BERPEGANG TEGUH PADA AL-QUR’AN DAN SUNNAH RASUL

Posted By Taufik Hidayat On 06.05 0 komentar

Adalah menjadi sebuah keharusan bagi anda yang berpegang teguh pada AL-QITAB (Al-Qur’an) dan sunah Rasul serta mempertahankannya. Karena kedua-duanya agama Allah SWT yang tulus, dan sebagian jalan-Nya yang lurus. Barang siapa yang mengambil keduanya, tentu akan selamat, beruntung, mendapat petunjuk dan selalu terjaga, dan barang siapa yang mengingkari, tentu ia akan tersesat, kecewa, rusak dan binasa.
Jadikanlah keduanya sebagai hakim dan pengendara bagi diri anda. Kembalikan urusan anda pada keduanya, semata-mata menjalankan wasiat Allah dan Rasul-Nya.

Allah SWT berfirman :

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta ulil amri di antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat, tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (AL-Qur’an) dan Rasul-Nya (Sunnah)….”
(QS. An-Nisa’ : 5-9)


Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Saya telah berwasiat kepada anda tentang sesuatu, jika anda berpegang teguh padanya, tentu anda tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah (Al- Qur’an) dan sunahku (Hadist)

Jika kebahagian anda atas dasar petunjuk keimanan, maka anda termasuk orang-orang yang berperilaku berdasarkan landasan yang bersih, yang sama sekali tidak bengkok dan punah.

Oleh sebab itu, sesuaikanlah seluruh niat, akhlak, amaliah dan ucapan dengan kitab Allah dan sunah Rasul, ambil yang sesuai dan buang yang tidak sesui dengan Al-Qur’an dan sunah Rasul. Lakukan dengan hati-hati, ikuti selalu yang baik dan jangan membuat bid’ah dalam agama, janganlah anda mengikuti, selain jalan orang mukmin, agar diri anda tidak merugi di dunia dan akhirat. Karena selain jalan yang di tempuh oleh orang mukmin yang sejati itu adalah, sebuah kerugian yang nyata.

Waspadalah anda terhadap hal-hal baru serta berbagai macam pendapat yang tidak berdasarkan agama. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
“Setiap hai-hal baru yang di buat buat atas nama agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah tersesat.’

Rasulullah SAW juga bersabda :

Artinya:
“Barang siapa mengubah (memperbarui) sesuatu dalam perkaraku (agama) ini, yang tidak termasuk dirinya (agama), maka hal itu, ditolak (tidak di terima)”

Bid’ah itu ada tiga macam, yaitu :

1.Bid’ah hasanah, yaitu sesuatu yang di pandang para ulama yang berpetunjuk, sebagai sesuatu yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Yang merupakan jejak prilaku para sahabat yang baik dan bijak, serta bermanfaat, seperti pengumpulan Al-Qur’an dalam sebuah mushaf (kitab) oleh Abu Bakar, penerbitan sistem administrasi, shalat Tarawih oleh Umar r.a., penertiban mushaf (Kitab Al-Qur’an), penambahan azan pertama pada shalat Jum’at oleh Usman r.a., penambahan hukum menumpas pemberontak oleh Ali r.a., dan empat khalifah (Khulafaur Rasyidin).

2.Bid’ah madzmumah, yaitu lisan kuzuhu dan qona’ah. Seperti sikap bermewah-mewah dalam berpakaian, makanan serta perumahan, sekalipun diperbolehkan dalam pandangan syari’at.

3.Bid’ah madzmumah mutlak, yaitu segala sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul atau menentang terhadap kesepakatan bersama (ijmak umat)

Bid’ah seperti ini, sebenarnya banyak pada masalah pokok-pokok (ushur), dan jarang terjadi masalah cabang (furu). Barang siapa yang belum dapat memegang teguh Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Dan tidak mengarahkan kemampuannya mengikuti Rasulullah SAW, bersamaan dengan semua itu ia mengaku punya tempat di hadapan Allah, maka janganlah anda menengoknya (cenderung atau mengikutinya), jangan pula anda melihat ke atas, sekalipun ia terbang di atas udara, berjalan di atas air, bisa berjalan secepat kilat, serta punya keistimewaan yang luar biasa. Semua itu bisa terjadi karena setan, tukang sihir, peramal juru tebak, juru nujum dan lain sebagainya.

Mereka termasuk orang-orang yang tersesat. Hal seperti ini tidak bisa mengeluarkan keberadaannya yang tertipu terus-menerus di beri kenikmatan dan keistimewaan untuk kemudian dicampakan (istidraj), dengan keberadaannya sebagai orang yang punya karomah, selama-lamanya, kecuali dengan adanya istiqamah bagi orang yang telah tahu dengan jelas akan keberadaan yang sebenarnya.
Ketertipuan ini yang semisalnya, terjadi hanyalah akibat mereka yang bercampur aduk dengan berbagai macam lingkungan yang beragam, dan kebodohan orang-orang yang beribadah kepada Allah dengan penuh keragu-raguan.
Sedangkan orang yang berakal dan yang punya pemikiran, sesungguhnya mereka benar-benar mengetahui bahwa keterpautan perbedaan orang-orang yang mukmin dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah sesuai dengan keragaman mereka dalam mengikuti Rasulullah SAW.

Abu Yazid Al-Bustami pernah zairah kepada salah seorang yang punya sifat kewalian, ia duduk di mesjid menunggunya. Ketika orang itu keluar dari masjid, ia berhendak dan meludahkannya di tembok masjid. Melihat itu Abu Yazid pulang dan tidak sepakat dengan orang tersebut, dia berkata : “bagaimana orang percaya, bahwa ia mengetahui rahasia-rahasia Allah SWT (sebagai wali), sementara ia tidak benar dalam menjaga tata krama syari’at Islam.”

Junaid r.a berkata : ”Setiap ajaran tarekat itu dikukuhkan pada orang yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW, Sahar bin Abdullah berkata : “Tidak ada pertolongan kecuali dari Allah, tidak dalil kecuali dari Rasulullah SAW, tidak ada bekal, kecuali berbekal takwa, tidak ada amal, kecuali dengan sabar.”
Ketahuilah, bahwa tidak ada orang yang mampu menangkap pemahaman setiap permasalahan yang terjadi, baik lahir ataupun batin dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, karena hal itu secara khusus dimiliki ulama yang berilmu tinggi dan teguh pendirian (raasihiin).
Apabila anda tidak memiliki kemampuan terhadap suatu perkara, maka anda harus mengembalikan permasalahan dengan bertanya kepada yang ahli, sebagaimana di perintahkan dalam firman Allah SWT :

Artinya :
”Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidah mengetahui.”
(QS. An-Nahl : 43)


Ahli zikir dimaksud adalah para ulama Allah yang memahami agamanya, serta mengamalkan ilmu-ilmunya semata-mata hanya berharap atas keridhaan Allah SWT yaitu orang-orang yang zuhud di dunia, yang tidak tertipu oleh perniagaan dan perdagangan dan tidak melupakan Allah SWT. Mereka yang menyerukan di jalan Allah dengan kecerdasan dan ketajaman akal budinya, yang mampu melihat-rahasia-rahasia Allah SWT
Allah mengunggulkan seorang di antara mereka di muka bumi, hingga sebagian kelompok ulama menyangka mereka ini sudah tidak ada lagi. Akan tetapi sebetulnya wujud mereka ini masih ada, namun Allah SWT menutupi mereka dengan selendang kelangkaan, dan membuat mereka perkemahan yang sangat rahasia untuk menghindari peristimewaan serta menjahui keramaian umum.

Barang siapa yang mencari mereka dengan dan sungguh-sungguh, maka atas kehendak Allah dia tidak akan mendapat kesulitan menemukan salah satu di antara mereka. Kerena kesungguhan adalah pedang, tidak ada sesuatupun yang terkena sabetnya, melainkan akan patah. Bumi ini tidak akan pernah sunyi dari seseorang dari mereka yang tegak di jalan Allah dengan argumentasi yang kuat dan valid.

Rasululah SAW bersabda :

Artinya:
“Senantiasa akan hadir suatu kelompok dari umatku yang selalu mempertahankan kebenaran, semangat mereka tidak akan pernah padam hingga datang perkara Allah (hari kiamat).”

Mereka bagaikan bintang-bintang dunia, pengemban amanat, pengganti Al-Mustafa (Rasulullah SAW) dan pewaris para Nabi. Allah ridho kepada mereka, mereka pun ridho kepada Allah SWT. Mereka adalah golongan Allah, ketahuilah mereka adalah orang-orang yang beruntung.


MELURUSKAN DAN MEMPERBAIKI AQIDAH

Posted By Taufik Hidayat On 06.04 0 komentar

Memperbaiki dan meluruskan akidah menjadi sebuah keharusan bagi anda, dengan metode (manhaj) golongan yang benar.Yaitu, golongan yang terkenal di antara kelompok-kelompok Islam, dengan istilah “Ahli Sunnah waljama’ah”, yaitu, kelompok yang berpegang teguh pada apa yang diajarkan dan di kerjakan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya.
Jika anda melihat dengan pemahaman yang lurus, hati yang jernih, nas-nas Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang mengandung ilmu-ilmu keimanan, serta dapat memahami kelompok perilaku salafus saleh, baik para sahabat ataupun tabi’in, maka anda mengetahui dan membuktikan, bahwa kebaikan pada golongan Asy’ariyah.

Sebuah istilah bagi penganut Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari., yaitu dasar-dasar akidah ahli (orang-orang yang benar), dan memperbaiki dan meluruskan dasar-dasar hukumnya, sebuah akidah yang telah disepakati oleh para sahabat dan orang-orang yang sesudahnya, yaitu para tabi’in yang terbaik, yang berarti juga sebagai akidah dari ahli hak (orang-orang yang benar) yang sesuai dengan setiap waktu dan tempat, di samping melupakan akidah bagi golongan tasawuf.

Hal itu, sebagaimana yang di ceritakan oleh Abu Qasim Al-Qusyairi di awal risalahnya, yaitu dengan kalimat segala puji bagi Allah SWT Atas akidah saya dan akidah saudara-saudara saya, yaitu guru-guru yang terhomat Al-Husainiyin (Penganut Husain) yang terhomat Keluarga Abu Alwi, dan akidah pendahulu-pendahulu saya, mulai dari Rasulullah SAW sampai dengan saat ini.

Iman Buhajr, nenek para pemimpin yang terhomat sebagaimana tersebut di atas, yaitu Sehkh Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Iman Ja’far Shadiq r.a., ketika melihat timbulnya bid’ah, banyaknya hawa nafsu (egoisme), tumbuh berbagai macam pendapat di negeri Irak, dia pindah dari kota itu, dari satu negeri ke negeri lainnya hingga pada kota Hagramaut, kemudian ia menetap di sana sampai wafat-semoga Allah memberikan berkah setelah kepergiannya.

Sehingga darinya terkenal sebagai kalangan terhormat (golongan elite) dalam bidang keilmuan, ibadah, kewalian, dan kema’rifatan, belum ada yang mampu melawan mereka dari orang-orang yang menentang jama’ah Ahli Bait Nabi (keturunan Nabi), yakni orang-orang yang berpihak pada bid’ah, dan mengikuti nafsu yang tersesat. Sebab, berkat niat imam yang dapat di percaya, sebab upayanya membawa lari agamanya terbebas dari tempat munculnya fitnah.

Doa kami, semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal, sebaik-baiknya imbalan yang diberikan kepada orang tua kepada anaknya semoga Allah mengangkat derajatnya, bersama bapak-bapak yang mulia dalam golongan orang-orang yang terhomat, semoga kami menyusul mereka dengan selamat dan penuh kesejahteraan, bukan golongan para Ahli bid’ah, juga bukan dari golongan yang terfitnah, perkenankan doa kami, ya Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih. Begitu pula, terhadap pengikut L-Maturidiyah, seperti penganut Asy’ariyah terhadap apa yang telah di terang di atas.

Setiap orang mukmin, hendaklah memperbaiki akidahnya dengan sebagaimana akidah para ulama yang telah di sepakati keagungan dan kekukuhan dalam keilmuan mereka. Seorang yang memahami ilmu akidah seperti ini tidak akan menganggap selesai belum bertemu dengan totarita sakidah yang jelas dan jauh dari kekabulan dan terhindar dari segala sesuatu yang menyesatkan, seperti kita harus memahami akidah yang di ajarkan Imam Ghazali r.r., yang ia kemukakan dalam pasal awal pada bab Dasar-dasarAakidah di Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin.

Anda harus punya dasar-dasar akidah seperti itu, jika anda merindukan tambahan pemahaman, maka pelajari dalam risalah Al-Qudsiyah yang ia kemukakan dalam pasal tiga dari kitab tersebut. Janganlah anda terperangkap dalam ilmu-ilmu kalam, jangan pula tenggelam dalam telaganya, hanya untuk mencari kedalaman hakekat tentang kema’rifatan. Kerena, anda tidak akan menemukan apa yang anda cari dari ilmu ini.
Akan tetapi, jika anda memperdalam hakekat dari ilmu ma’rifat ini, maka anda harus menjalankan amalan tarekat, yaitu harus di sertai ketakwaan lahir batin, merenungkan ayat-ayat Allah dan Hadist-hadist Nabi, juga mengamati kekuasaan Allah yang ada di langit dan di bumi dengan tujuan mengambil pelajaran, serta melatih akhlak, nafsu dan membersihkan kotorannya dengan melakukan riyadhah yang benar, juga pembening cermin hati disertai zikir, tafakur dan menjauhkan diri dari hal-hal yang menghambat pemuasan diri untuk perkara tersebut.

Inilah, jalan untuk menempuh keberhasilan, anda dapat menempuh jalan seperti ini, insya Allah anda dapat menyaksikan apa yang anda harapkan serta dapat menemukan perkara yang tercinta ini.
Para ahli tasa’wuf, sungguh-sungguh memerangi nafsunya. Mereka juga bersungguh-sungguh dalam mendidik dan mematahkan nafsu dari kecenderungan dan kebiasaan-kebiasaannya. Mereka menjinakkannya dengan ilmu mereka, memperoleh kesempurnaan ma`rifat. Diatas kesempurnaan ma`rifat inilah, realitas (kebenaran) akan benar-benar diketahui dengan ditandai Maqam Ubudiyah. Sebuah maqam yang menjadi tujuan utama orang-orang yang arif, dan tumpahan harapan bagi orang-orang yang mencari hakikat kebenaran (Al-muhaqqiqiin). Semoga Allah SWT memberikan keredhaan bagi mereka semua.


MENUNAIKAN KEWAJIBAN DAN MENJAUHI LARANGAN

Posted By Taufik Hidayat On 06.03 0 komentar

Menunaikan hal-hal yang fardu dan manjauhi hal-hal yang haram adalah wajib bagi anda, serta hendaklah pula anda memperbanyak amalan Sunnah. Kerena, jika anda melakukan hal-hal tersebut dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah Yang Maha Mulia, maka anda akan memperoleh puncak kedekatan kepada Allah SWT. Peliharalah hubungan yang begitu dekat dan mesra dengan Allah itu, di setiap gerak dan diam anda, kerena hal itu merupakan baju kebesaran para wali, bahkan baju kebesaran para khalifah Allah. Dalam hal ini, Rasulullah SAW setelah memberikan isyarat melalui sabdanya dalam Hadist qudsi, sebagai berikut :

Artinya :
“Diriwayatkan dari Tuhannya (Hadist qudsi), sesungguhnya Allah SWT berfirman :”tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih menyenangkan Aku (Allah), dari sesuatu yang telah Aku wajibkan padanya dan seorang hamba-Ku senantiasa akan dekat kepada-Ku dengan hal-hal yang Sunnah, jika Aku mencintainya maka Aku menjadi teringat pendengarannya, menjadi mata penglihatannya, menjadi tangan kekuatannya, dan menjadi kaki untuk perjalanannya. Dan jika ada meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya, jika ia memohon perlindungan, Aku akan melindunginya. Dan tidaklah Aku tarik ulur di setiap yang Aku lakukan, sebagaimana tarik ulur (keragu-raguan)-Ku mencabut seorang hamba-Ku yang beriman yang benci kematian. Aku benci kuburkannya, dan kematian itu pasti akan terjadi.”
(HR. Bukhari)


Renungkanlah semoga Allah merahmati anda apa yang terkandung dalam Hadist ini, tentang berbagai rahasia kema’rifatan serta apa yang disyaratkan dalam Hadist tersebut mengenai ilmu-ilmu yang mendasar dan begitu halus, seorang hamba tidak akan dapat sampai pada tingkat yang agung ini, yakni apa yang di cintai, adalah juga di cintai oleh Allah, dan apa yang ia benci, adalah juga di benci oleh Allah, kecuali dia menunaikan apa yang diwajibkan Allah dan memperbanyak amalan-amalan Sunnah, dengan harapan dapat menemukan keridhaan di hadapan Allah SWT.

Jika anda memiliki keinginan (cita-cita) untuk dapat sampai ke sana, maka berpaculah menuju tingkat yang sempurna serta besar harapan dapat sampai pada derajad rijal (para pembesar kekasih Allah) dan jalur batasan-batasannya telah jelas bagi anda. Dengan begitu, gelombang aliran sinar hakikat itu menjadi kenyataan.
Ketahuilah, sesungguhnya berkat, rahmat dan anugerah Allah SWT. Ia berkenan menjadikan amalan-amalan Sunnah sebagai tambal sulam bagi kekurangan dalam menjalankan amalan fardhu, akan tetapi kekurangan menunaikan amalan fardhu itu tidak dapat ditambal sulam, kecuali dengan amalan Sunnah yang sejenis.

Misalnya, shalat dengan shalat, puasa dengan puasa, karena amalan fardhu adalah amalan pokok, sedangkan amalan Sunnah (merupakan cabang) yang mngikutinya.
Orang yang menunaikan segala fardhu dan menjauhi semua yang diharamkan, sementara dia tidak menunaikan amalan Sunnah, dia masih lebih baik dari pada orang yang mementingkan amalan Sunnah, sementara ia terperangkap dalam sikap mengabaikan sebagian yang fardhu.

Jangan sampai anda mengabaikan amalan fardhu, kerena sibuk menunaikan amalan Sunnah, dengan meninggalkan suatu perkara yang lebih penting itu, berarti anda berdosa kepada Allah pun tidak akan menerima amalan-amalan Sunnah anda. Hal seperti ini, terjadi pada orang yang sibuk mendalami ilmu yang pada hakikatnya hanya suatu keutamaan (Sunnah), sementara ia meninggalkan kesibukan memperoleh ilmu yang justru wajib bagi dirinya, yaitu ilmu-ilmu fardhu, baik yang bersifat maupun batin sebagaimana halnya juga, seperti orang duduk yang bermalas-malasan, tidak mau bekerja, padahal sungguhnya ia mampu berkerja, kerena sibuk menunaikan hal-hal Sunnah, atau meninggalkan keluarganya hingga mereka meminta-minta kepada orang lain. Kiaskanlah dengan kedua contoh tersebut, terhadap berbagai hal yang semakna dengannya.